Uang Kaget dan Pentingnya Ilmu Mengelola Keuangan

 


Seorang pria dengan setelah jas berwarna hitam lengkap dengan topinya datang ke sebuah rumah di salah satu sudut kota. Kondisi rumah tersebut bisa dibilang cukup memprihatinkan. Setelah dilakukan wawancara singkat, ternyata penghuninya hanya berprofesi sebagai pedagang keliling dengan penghasilan yang bisa dibilang kurang.

Pria itu kemudian mengambil koper dan membukanya. Tampak di dalam koper sejumlah uang yang pastinya membuat mata penghuni rumah berbinar bahkan mungkin membuatnya menangis. Ya, uang sejumlah 12 juta tersebut akan diberikan pada keluarga tersebut dengan syarat harus dibelanjakan hari itu juga dalam waktu 30 menit. Jika ada sisa dari uang yang diberikan maka uang tersebut harus dikembalikan kepada Mr. Money sang pembawa uang.

Maka berpaculah penerima uang tersebut dengan waktu untuk membelanjakan uang yang mungkin sangat banyak untuk ukuran dirinya. Otaknya berputar keras harus membeli apa agar nantinya barang tersebut tak berakhir sebagai pembelian sia-sia belaka. Sembako, emas untuk istri tercinta, peralatan elektronik dan kebutuhan anak menjadi 4 jenis barang yang dibeli oleh penerima uang kaget ini. Apakah nantinya benda yang dibeli tersebut akan terus dipakai atau akhirnya dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup biarlah Allah yang mengaturnya nanti.

***
Uang kaget. Begitu kita menyebut nama program televisi yang hadir salah satu televisi swasta kita. Awalnya acara ini dipopulerkan oleh Helmy Yahya di awal tahun 2004-an lalu muncul lagi di tahun 2017 dan terus berganti host hingga sekarang. Untuk acara yang terbaru, saya lihat konsepnya sudah berganti. Host tidak lagi mengenakan setelah lengkap namun lebih ke pakaian casual. Bahkan sekarang penerima uang kaget juga mendapat tambahan modal usaha berupa gerobak untuk berjualan yang pastinya lebih membantu bagi mereka.

Dalam kehidupan nyata, kehadiran uang kaget ini juga cukup sering kita dapati. Karyawan seperti saya, misalnya, akan mendapat uang kaget di awal tahun dalam bentuk bonus akhir tahun untuk pencapaian kinerja karyawan. Jumlahnya alhamdulillah cukuplah untuk membeli handphone atau laptop baru atau untuk merenovasi rumah, tergantung pada anggaran yang dimiliki masing-masing karyawan. Atau kalau misalnya ingin uangnya lebih bermanfaat, bonus akhir tahun ini bisa diinvestasikan ke berbagai instrumen finansial.

Lalu dalam dunia konsultan proyek atau kontraktor, uang kaget hadir dalam bentuk cairnya uang proyek bernilai ratusan juta hingga milyaran yang biasanya masuk ke rekening di akhir tahun. Ada pula uang kaget berupa uang warisan yang kerap menjadi salah satu sumber sengketa dalam sebuah keluarga dan berbagai bentuk rezeki nomplok lain yang kadang membuat kita sebagai manusia kebingungan bagaimana harus mengelolanya.

Contoh sederhana ada pada diri kita sendiri. Saat pertama kali mendapat gaji atau bonus karyawan, mungkin sebagian besar dari kita sudah langsung membuat daftar benda apa saja yang ingin dibeli dan biasanya ini merupakan barang impian kita yang mungkin tidak terbeli dari gaji bulanan. Jarang mungkin terpikir di benak kita untuk mengalokasikan uang bonus pertama untuk produk investasi, kecuali mereka yang memang sudah melek investasi. 

Contoh lainnya ada pada cerita warga desa Tuban di tahun 2020 lalu. Tentunya kita semua juga pernah mendengar cerita tentang warga desa ini yang mendapat uang ganti rugi sekian milyar untuk lahan mereka yang dijadikan kilang minyak. Uang yang didapatkan kemudian digunakan untuk membeli mobil dan dalam waktu kurang dari 2 tahun saja, eh ada lagi berita kalau warga desa tersebut kehabisan uang yang mereka miliki tersebut.

Dalam sebuah podcast yang saya tonton beberapa waktu lalu, seorang nara sumber menyebutkan satu hal. Nara sumber tersebut mengatakan kalau secara psikologis, saat kita menerima uang dalam jumlah yang sangat banyak maka naluri pertama yang muncul adalah menghabiskannya. Inilah yang kemudian memunculkan hadirnya fenomena Orang Kaya Baru yang gemar memamerkan hartanya kepada orang lain. Nah, seiring dengan proses pendewasaan diri dan juga mencari ilmu, maka kita nantinya akan lebih bijak dalam menggunakan uang yang kita terima dalam jumlah banyak tersebut.
 

Pentingnya literasi keuangan sejak dini

Di masa saya hingga saya beranjak dewasa dulu, tidak banyak ilmu tentang finansial yang saya dapatkan entah itu di bangku sekolah maupun dalam lingkup keluarga. Sedikit ilmu yang saya dapat itu hanyalah pentingnya menabung yang kita dapat di sekolah dan usaha untuk menghindari hutang yang saya dapat dari ibu saya. Adapun ilmu tentang apa itu investasi jelas tidak saya ketahui bahkan hingga saya lulus kuliah.

Saya sendiri kalau boleh menilai diri sendiri akan mengatakan kalau saya orang yang cukup pelit dalam hal keuangan. Saya selalu berpikir 2 sampai 3 kali untuk membeli suatu barang. Saya juga menahan diri untuk berhutang dan membeli barang yang cukup mahal dan dulu di saat saya masih bekerja di sebuah konsultan saya juga cukup rajin menabung.

Namun setelah menikah saya baru sadar kalau ternyata saya tidak cukup pandai mengelola keuangan keluarga. Ada banyak pengeluaran tak terduga terjadi dalam keuangan rumah tangga yang memerlukan strategi dalam menyiasatinya. Saya bingung kenapa gaji sekian juga bisa cepat sekali habis padahal saya merasa tidak berbelanja apa-apa. Saya juga kesulitan untuk menyisihkan uang untuk menabung. Bahkan dengan status sebagai ibu bekerja seperti sekarang pun, saya malah masih terseok-seok dalam mengatur belanja bulanan.

Kesadaran akan payahnya saya dalam mengelola keuangan pada akhirnya membuat saya harus belajar kembali. Di masa sekarang, saya merasa kita cukup beruntung hidup di mana ada banyak orang yang mau berbagi ilmu secara gratis untuk urusan finansial. Berkat para influencer ini, saya yang dulunya tidak paham investasi mulai mencoba beberapa instrumen agar uang saya tidak habis begitu saja. Saya juga jadi rajin mencatat pengeluaran harian agar tahu ke mana saja uang saya dihabiskan.

Dari para influencer keuangan saya juga jadi tahu kalau menabung dan investasi itu adalah 2 hal yang berbeda dan juga pentingnya dana darurat dalam pengelolaan keuangan kita. Dulu saya menganggap ibu saya yang gemar membeli emas adalah hal yang berlebihan dan hanya sebatas hobi belaka. Sekarang setelah mengenal dunia finansial, saya berharap jika saya bisa memutar waktu saya ingin bisa membeli lebih banyak emas untuk mengalihkan uang kaget yang saya dapatkan saat bekerja di konsultan dulu.

Berkaca pada diri sendiri yang mungkin agak terlambat dalam mengenal dunia finansial, maka boleh dong saya berharap ke depannya nanti kurikulum pendidikan kita juga memasukkan pengelolaan keuangan dalam mata pelajaran siswa. Jadi pelajaran ekonomi bukan cuma tentang teori ekonomi ataupun akutansi namun juga mencakup cara mengatur keuangan. Dengan demikian anak-anak kita nantinya bisa lebih bijaksana dalam mengatur keuangannya dan jika nanti mereka mendapat rezeki tak terduga juga tidak menjadi serakah dalam membelanjakannya. 
 

Cara mengelola keuangan dalam Islam

Tak hanya dari segi ilmu finansial, perihal mengelola keuangan ini juga diatur dalam agama. Dalam agama saya sendiri juga sudah ada aturan dalam mengelola harta yang dimiliki. Beberapa prinsip mengelola keuangan dalam agama Islam ini antara lain:

Tidak berfoya-foya dengan harta yang dimiliki

Islam selalu mengajarkan agar kita hidup secara sederhana dan tidak berfoya-foya dengan harta yang dimiliki. Tak hanya agama Islam, bahkan mungkin agama lain juga mengajarkan hal yang sama terkait harta yang dimiliki ini. Dalam ilmu finansial sendiri, tidak berfoya-foya ini bisa dikaitkan dengan pengaturan keuangan yang baik itu lewat anggaran dan budgeting dan berbelanja secara bijak dan berkesadaran.
 

Mengutamakan sedekah

Sedekah merupakan salah satu amalan yang utama untuk dilakukan bagi umat Islam. Ada banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan dari bersedekah ini. Sedekah yang kita berikan akan bisa membuka pintu rezeki dan melindungi dari siksa api neraka. Ada banyak cerita yang kita dengar bagaimana mereka yang gemar bersedekah baik di waktu lapang ataupun sempit kemudian mendapat rezeki yang berkali lipat. Hal ini memang bukan kebetulan karena baik dalam alqur'an maupun hadist sudah menyebutkan kalau sedekah tidak akan mengurangi harta dan mereka yang bersedekah akan mendapat ganjaran 70 kali lipat. 

Menzakatkan harta yang sudah sampai nisabnya

Dalam harta yang kita miliki, ada rezeki orang lain di sana. Karena itulah umat Islam diwajibkan membayar zakat untuk hartanya jika sudah mencapai nisab dan zakat fitrah di bulan Ramadan. Besaran zakat yang dibayarkan tentunya berbeda beda untuk setiap harta yang dimiliki. Jika kita memiliki emas yang mencapai 85 gram, maka emas tersebut wajib dibayarkan zakatnya. Pun jika kita memiliki investasi saham sekian ratus lot juga ada ada zakat yang harus dibayarkan. 

 

Menghindari hutang

Prinsip terakhir terkait mengelola keuangan dalam agama Islam adalah sebisa mungkin menghindari hutang. Di zaman dahulu, mungkin orang berhutang karena benar-benar dalam keadaan yang terdesak. Namun di masa sekarang anak muda bisa bermudah-mudah berhutang demi gengsi dan membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk dimiliki. Akibatnya banyak juga orang yang harus dikejar-kejar debt collector karena terlalu banyak berhutang. Dalam agama Islam sendiri, salah satu kerugian dari berhutang adalah mereka yang meninggal dalam keadaan berhutang akan menghalangi dirinya masuk surga. Karena itulah tentunya kita harus bisa mengatur keuangan sebaik-baiknya agar tak mudah terjerat hutang.
 
Demikian sedikit sharing yang bisa saya bagikan hari ini. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. 


22 Comments

  1. saat ini kita memang harus pandai-pandai dalam mengelola keuangan supaya kita tidak menyesal dikemudian hari. banyak orang ketika ia berada dipuncak terlena dan lupa bahwa masih ada hari esok. akibatnya ketika roda berputar dan kehidupan berubah tidak seperti dulu lagi ia akan mengalami kesulitan. jadi penting banget buat kita belajar cara mengelola keuangan. makasih ya mbak udah berbagi ilmunya

    ReplyDelete
  2. Iya benar, literasi keuangan itu penting banget ya mbak
    KLO sejak kecil sudah diasah literasi keuangan, maka besarnya akan bijak mengatur keuangan

    ReplyDelete
  3. seringnya uang kaget itu difoya-foyakan ya, makasih sharingnya

    ReplyDelete
  4. Mba, maaf tapi seingatku nisab untuk emas itu 85 gr. Soalnya trakhir aku bayar zakat maal utk LM , itu diksh tahu staff dari dompet dhuafa 85 gr setahun, bukan 65gr.

    Btw, aku setujuuuuu kalo diadain pelajaran ttg cara investasi sedari kecil. Pentiiing itu sih, jadi mindset untuk menginvestasikan uang sudah terbentuk sejak kecil. Dan ga ada lagi tuh orang2 ketipu Ama yg namanya investasi bodong. Yg banyak terjebak Ama kata2 manis, return 30% sebulan, TANPA RESIKO.

    Duuuuuuh hari gini mana ada investasi tanpa resiko. Kalo ada, semua orang udah kaya kali... 😫

    Aku juga miris Ama orang2 Tuban yg dpt uang mikyaran tapi sekejab habis Krn konsumtif. Aku udah sempet menghalu2 kalo dpt uang segitu, udah pasti dibagi2 ke dalam platform inevestasi berbeda. Sebagian Invest di saham Indonesia, sebagian Invest di saham bursa Amerika , sebagian LM mumpung lagi turun, sebagian aku putar di bisnis. Baru sisanya having fun nyenengin keluarga :D.

    Aku dari sjk 5 SD diajarin papa utk mengatur keuangan sendiri. Dari uang jajan awalnya. Kalo ortu lain banyak yg ngasih uang jajan harian, aku diksh papa langsung utk sebulan, Rp50,000 di masa itu. Harus bisa utk jajan sebulan dan beli kebutuhanku yg biasa2. Kalo yg mahal ttp masih minta papa😁.

    Dan harus cukup, Krn kalo sampe keabisan, jangan harap papa mau kasih uang tambahan. Trus akhir bulan papa selalu minta laporannya, itu uang kemana aja abisnya 🤣. Makanya aku terbiasa buat manage keuangan Ampe skr.

    Anakku juga aku ajarin investasi sejak umur mereka 4 tahun. Aku bukain rekening emas di Pegadaian, sambil jelasin makna inflasi pelan2. Itulah kenapa rek yg aku buka buat mereka rek emas. Lumayan uangnya ntr buat mereka kuliah pas gede 😄. Si adek yg paling semangat kalo udah waktunya nabung . Beda Ama kakanya yg LBH boros 😁. Aku berharap mereka jadi lebih aware pentingnya manage keuangan sedari kecil.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mbak. Aku lupa ngedit. Hehe. Ntar kuperbaiki. Makasih yaa.

      Keren mbak dari orang tuanya sudah diajarin ngatur uang dari kecil trus anaknya juga sudah diajarin. Aku masih bingung nih ngajarin anakku gimana caranya soalnya kalau diajak nabung juga masih belum ngerti anaknya mana suka belanja melulu.

      Delete
    2. Dulu caraku ngajarin anak2 nabung, awalnya Krn aku selalu ajak ke bank tempat aku kerja. Trus pas nabung Emas di pegadaian, mereka aku ajakin juga. Trus si adek ngeliatin buku tabungan, aku jelasin pake bahasa simple aja, eh jadi tertarik 😄. Tapi kakanya biasa aja sih 🤣.

      Delete
  5. Uang kaget itu ya rata-rata pasti habis, kenapa? Ya karena prinsip easy come easy go. Mau itu uang hasil menang lotre, dapat warisan, menang undian, bonus japres dll

    Sepinter2nya orang untuk mencoba untuk keep uang tsb, pasti akan habis juga. Sangat sulit buat tidak ngapa2in uang tersebut. Beda dengan uang yang dikumpulkan sedikit demi sedikit dari hasil jerih payah.

    Jadi inget cerita yg satu kampung beli mobil rame2 karena dapat hasil gusuran pertamina. Sudah diedukasi sebelumnya tentang cara pengelolaan uang, tapi namanya manusia ya gitu lebih mendahulukan nafsunya.

    ReplyDelete
  6. Bener banget mba. Kalau dapet uang harus dialokasikan ke budgeting dulu ya. Biar tahu mau diapain. Kalau kalap nanti bahaya buat kita. Bisa habis tak bersisa.

    ReplyDelete
  7. menghindari hutang dan menunaikan zakat. dengan meneladani rasul dan sahabatnya juga sebeneranya itu ilmmu keuangan yang sangat luar biasa. kalau sekarang kita bener2 digoda dengan kemudahan belanja dan mengutang ya mbak. apalagi budaya flexing yg membabi buta. hufh

    ReplyDelete
  8. Saya sangat setuju dengan tulisan perihal pentingnya ilmu mengelola keuangan, karena hal ini bisa menjadi bekal ilmu tentang pengelolaan keuangan yang mana nantinya bisa mengatur penghasilan sedemikian rupa setiap bulannya agar mencukupi kebutuhan. Selain itu juga, dengan memiliki ilmu mengelola keuangan akan menghindarkan kita dari perilaku foya-foya dan hura-hura yang tak ada gunanya dan hanya menghabiskan harta saja. Untuk contoh bisa melihat kasus desa milyader yang sempat viral.

    beberapa desa menjadi desa milyader, karena tanah di desa tersebut dibeli oleh perusahaan minyak untuk urusan perusahaannya, beberapa orang yang memiliki tanah luas mendapatkan uang kaget lebih dari 3 miilyar hasil menjual tanahnya, namun dengan tidak adanya ilmu dalam mengelola keuangan tersebut, maka dalam tempo setahun uang hasil penjualan tanah tersebut sebagian besar sudah habis digunakan untuk membeli hal-hal yang tidak berguna, seperti membeli mobil mewah. Mirisnya lagi, sebagaian warga desa masih belum bisa mengendarai mobil, alhasil banyak mobilmewah yang baru dibeli itu kecelakaan dan masuk ke bengkel untuk mendapatkan perawatan dan perbbaikan.

    Disatu sisi, mereka para pemilik tanah sebelumnya menggarap tanah miliknya untuk bertani dan menanam padi, namun dengan hilangnya lahan garapan mereka, tentu pada akhirnya mereka menganggur. Dengan memiliki uang banyak, tanpa pekerjaan, dan tanpa penghasilan, alhasil cepat atau lambat uang akan habis juga.

    Dan, itu yang kemuddian terjadi utk sebagian besar warga di desa milyader.

    ReplyDelete
  9. Aku jadi inget fenomena OKB alias Orang Kaya Baru.
    Ini memang orang-orang yang terbiasa dengan uang seadanya, mendadak punya uang berlebih dan kurangnya literasi keuangan.

    Sejujurnya,
    Akupun masih begitu. Dan kini mulai belajar sedikit demi sedikit untuk mengubah lifestyle agar gak menjadi OKB.

    ReplyDelete
  10. Terima kasih sudah diingatkan, Mbak...Memang mengelola keuangan itu enggak mudah ya. Makin ke sini godaan makin banyak pula buat belanja dan bela-beli hiks
    Soal uang kaget, bener banget..apalagi jika uang itu bukan hasi dari 'kerja keras' ya, seperti yang di acara TV, dapat warisan, jual tanah untuk proyek dll..Berasa kaget sehingga habis dalam sekejap atau beli untuk hal yang enggak menghasilkan uang lagi...belakangan baru nyesel.
    Seperti ada saudara dapat warisan milyaran beberapa tahun lalu, karena enggak pinter mengelola, tingga tersisa rumah sederhana dan untuk sehari-hari serabutan kerjanya. duh, berasa sayang kalau inget saya

    ReplyDelete
  11. Aha cerita uang kaget, dulu waktu kerja di perusahaan properti saya pernah mengalami dimana terkaget dapat uang di bulan Januari. Kata yang senior itu namanya bonus. Dan uniknya perusahaan memberikan bonus itu tiap tahun di bulan yang berbeda. Benar-benar uang kaget yang tak terharapkan.
    Setelah saya berkeluarga rada dihemat ya sebagian di tabung dan ada juga yang disedahkan

    ReplyDelete
  12. Saya hanya sekilas tau tentang acara uang kaget. Jadi nggak tau S&K-nya. Nggak boleh ya kalau dibeliin emas aja. 12 juta kan cepat kalau dibeliin emas dan nanti bisa dijual lagi pas bisa berpikir lebih jernih. Hahahah, ya pasti ga boleh yaa..kan jadi ga da ddrama ngos2an beli-beli. Padahal itu bagian menarik yang "dijual" ke pemirsa.

    Pas baca paragraf2 awal, saya langsung teringat orang2 Tuban yg dapat uang ganti rugi dari pertamina, Eh tenyata ditulis juga sama Mb Antung.

    Memang sangat penting untuk mengetahui cara mengelola keuangan. Kalaupun tak sepandai orang2 yang paham ttg ilmu keuangan, terpenting adalah bagaimana mengendalikan keinginan. Karena sebanyak apapun uang, nggak akan pernah cukup kalau menuruti keinginan (yang belum tentu kebutuhan)

    ReplyDelete
  13. Iya bener banget mbaaa kadang pas aku kemarin kerja full time ngerasa wkwk itu yang gampang kaburnya haha. Aku jg lagi belajar untuk menekan pengeluaran yg ga penting2 banget dg strategy financial nih dan jgn lupa buat disedekahkan itu yg penting

    ReplyDelete
  14. Iyesss perencanaan keuangan penting apalagi sekarang banyak gangguan olshop diskon dimana cukup hanya dengan jemari tangan saja barang datang kerumah.

    Harus bisa menahan diri antara ego keinginan atau kebutuhan.

    ReplyDelete
  15. Uang kaget nih kalau tidak pandai mengelola pasti bisa lansung habis, karena pernah terjadi juga di circleku karena habis pembagian uang saham dia langsung foya-foya hingga lupa degnan kebutuhan jangka panjang. Apalagi di saat sedang pandemi sekarang ini ya, pengaturan keuangan sangat diperlukan sekali.

    ReplyDelete
  16. Akupun mengikuti mba yang warga Tuban dapat uang buanyak kemudian beli beli mobil kemudian berselang waktu tiba-tiba baca berita mereka mengalami kesulitan keuangan. Benar juga seperti yang mba tuliskan mereka belum paham literasi keuangan bagaimana merencanakan keuangan keluarga

    ReplyDelete
  17. Setuju mba hindari hutang untuk hal-hal ga penting, sy cukup punya hutang kpr heuheu sebenarnya ga pengen ngutang tp ga kebeli cash heheh. Big no kalau hutang untuk liburan atau belanja belanji istilah kerennya pay later 😀

    ReplyDelete
  18. Iya, ilmu mengelola keuangan itu emang penting ya mbak
    Biar kita lebih bijak aja sama uang yg kita dapatkan

    ReplyDelete
  19. Dapat uang kaget, mau banget tapi mulai sekarang ya kudu belajar literasi keuangan. Jadi tahu itu duit mau di ke manakan, bukan hanya buat foya-foya. Menyenangkan diri boleh, tapi yang wajib kudu diberesin dulu kaya utang misalnya

    ReplyDelete
  20. Literasi keuangan itu sangat penting terutama buat kita perempuan. Jadinya kalau pas dapet uang kaget langsung bisa dikelola dengan sebijak mungkin, sehingga tetap aman keuangannya, ga habis dengan percuma.

    ReplyDelete
Previous Post Next Post