Pengalaman Saat Ibu Harus Rawat Inap Karena Hipertiroid





Lebaran kemarin, ibu saya harus rawat inap di Rumah Sakit. Tubuhnya semakin melemah karena sudah hampir 1 minggu tidak bisa makan. Saat itu, kami masih tak tahu penyakit apa sebenarnya yang diderita ibu. Yang jelas, gejala dari penyakit ibu ini sebenarnya sudah muncul sejak sebelum Ramadan saat beliau mengeluh liurnya yang pahit dan tak enak makan. Sayangnya kami semua tidak aware dengan keluhan ibu ini karena kami pikir itu hanya bersifat sementara.

Kenyataannya kondisi ibu semakin memburuk dan nyaris tak bisa makan. Bahkan bulan Ramadan kemarin ibu saya tidak bisa menjalankan ibadah puasa karena makanan tidak ada yang bisa masuk ke tubuhnya. Adik saya kemudian membawa ibu ke dokter penyakit dalam. Kala itu dokter mendiagnosa ibu saya bermasalah dengan lambungnya dan meresepkan obat lambung untuk ibu. Sayangnya obat yang diberikan rupanya tak berpengaruh banyak pada ibu yang tetap tak bisa makan. 

Karena kondisi ibu yang terlihat sangat lemah, saya dan adik memutuskan membawa ibu ke Rumah Sakit Swasta yang letaknya tak jauh dari kantor saya. Pertimbangan saya memilih Rumah Sakit tersebut selain karena lokasinya yang dekat kantor, Rumah Sakit ini juga menerima BPJS. Maka, di sore hari Lebaran, berangkatlah kami menuju Rumah Sakit tersebut. Begitu tiba di IGD, ternyata sebuah prosedur harus dijalani ibu saya sebelum bisa rawat inap. Ibu harus menjalani Rapid Test dan Rontgen untuk memastikan beliau tidak terkena virus Corona. Kedua tes ini ditanggung sendiri oleh pasien dan tidak dicover oleh asuransi maupun BPJS. 

Hari itu ada beberapa pasien yang ternyata berstatus PDP yang membuat ibu saya harus menunggu lama hingga akhirnya bisa dites. Sekitar pukul 10 malam baru ibu saya mendapat giliran tes. Alhamdulillah hasil Rapid tes negatif dan paru-paru ibu saya juga bersih. Setelah hasil Rapid Tes, rontgen dan cek darah keluar, ibu pun diizinkan untuk rawat inap di Rumah Sakit tersebut.

Karena rumah sakit ini melayani BPJS, kami pun memilih kamar VIP untuk ibu. Sebuah ruangan dengan televisi, kulkas, AC dan kamar mandi menjadi fasilitas kamar VIP ini. Corona ini, Sayangnya, di kamar VIP ini saya malah tak menemukan wastafel untuk sekadar cuci tangan atau mencuci peralatan makan. Entah apakah memang seperti ini standar kamarnya atau karena kami menggunakan BPJS. Berhubung ibu saya rawat inap di masa pandemi Corona, maka Rumah Sakit hanya memperbolehkan 1 orang penunggu di kamar dan jam besuk pun ditiadakan.

Baca juga : Pengalaman Telinga Anak Berdarah Tertusuk Cotton Bud

Keesokan harinya, saat saya sedang menunggui ibu, seorang dokter penyakit dalam datang memeriksa kondisi ibu. Dokter tersebut bertanya keluhan yang dialami ibu saya. Ibu saya pun memberikan jawaban. "Tidak bisa makan dan ada benjolan di leher," begitu kata ibu saya. Saya kemudian menambahkan kalau ibu juga merasa kakinya sakit dan nyaris tidak bisa berjalan. Dokter kemudian  memeriksa benjolan kecil di leher ibu saya. "Oh ini kayaknya tiroid. Nanti di cek darahnya dulu, ya," kata dokter sebelum meninggalkan kaki. 

Selang satu hari, Ibu pun diambil sampel darahnya untuk dicek. Benar saja. Ada masalah di kelenjar tiroid ibu saya. Dari hasil cek darah, ibu didiagnosa menderita hipertiroid, sebuah kondisi di mana kadar hormon tiroid dalam tubuh terlalu tinggi. Kondisi ini membuat ibu saya susah makan, jantungnya berdenyut cepat dan cepat lelah setelah melakukan aktivitas ringan. Hormon tiroid sendiri berfungsi untuk mengendalikan proses metabolisme, seperti mengubah makanan menjadi energi, mengatur suhu tubuh, dan mengatur denyut jantung. Setelah mengetahui hasil diagnosa penyakit ibu ini, dokter pun meresepkan beberapa obat untuk mengobati penyakit ibu saya. 

Setelah hari ketiga di rumah sakit, dokter tiba-tiba mengatakan kalau ibu saya sudah boleh pulang. Padahal selama 3 hari tersebut kondisi ibu saya tidak mengalami perbaikan. Makan masih tidak bisa dan hanya mengandalkan infus untuk asupan tubuhnya . "Tidak baik jika berlama-lama di Rumah Sakit di masa pandemi," begitu kata dokter saat saya memastikan kepulangan ibu saya. Pengobatan sendiri akan dilanjutkan dengan rawat jalan 5 hari ke depan.

Mau tak mau kami pun membawa ibu pulang dengan kondisinya yang masih lemah dan susah makan. Begitu pulang dari rumah sakit, saya pun berinisiatif mencari nakes yang bisa memasang infus untuk ibu saya saat berada di rumah. Sayangnya hal ini sama sekali tidak membantu dan lumayan membuat repot karena infus tersebut terus-terusan bermasalah. Belum lagi saya mendadak kepikiran bagaimana membawa ibu rawat jalan dengan kondisinya yang lemah dan nyaris tidak bisa berjalan. Akhirnya setelah berdiskusi dengan adik, kami putuskan kembali membawa ibu ke Rumah Sakit untuk rawat inap.

Kembali Rawat Inap di Rumah Sakit Berbeda



Untuk rawat inap ibu yang kedua, kami memutuskan membawa ibu ke Rumah sakit swasta yang lokasinya dekat dengan kediaman adik saya. Rumah Sakit yang kami pilih ini selama ini dikenal memiliki pelayanan yang baik namun tak menerima BPJS. Itu artinya kami harus menyiapkan dana yang cukup besar untuk biaya pengobatan ibu nantinya. 

Sama seperti prosedur di Rumah Sakit sebelumnya, ibu saya lagi-lagi harus menjalani Rapid Tes dan rontgen sebelum bisa rawat inap. Alhamdulillah hasilnya tetap negatif. Nah, kalau di rumah sakit sebelumnya ibu ditempatkan di kamar VIP, maka di rumah sakit kedua ini ibu saya menempati kamar kelas II dengan kapasitas 6 pasien. Kamar kelas II di rumah sakit ini memiliki fasilitas sebuah kamar mandi, dispenser, AC dan wastafel untuk cuci tangan. Hal lain yang saya sukai dari Rumah Sakit ini adalah kawasannya yang asri dan menenangkan.

Tak seperti di Rumah Sakit sebelumnya, di rumah sakit ke dua ini bisa dibilang ibu saya mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Setiap beberapa jam sekali, gula darah beliau dicek. Dokter juga memberikan aneka macam obat untuk sakit hipertiroid ibu saya mulai dari obat oral hingga yang disuntik lewat infus. Meski begitu, kondisi ibu saya tak juga menunjukkan peningkatan. Jujur ini membuat kami semua bingung apakah harus melanjutkan pengobatan atau membawa ibu pulang saja.

Baca juga : Tanya Dokter Kehamilan: Tips Mendapatkan Dokter Kehamilan Terbaik


Memasuki minggu kedua dirawat, kami pun memberanikan diri bertanya pada dokter apakah boleh membawa ibu pulang meski kondisi ibu belum benar-benar membaik karena masih belum bisa makan. Dokter sempat melarang karena menurut beliau kondisi ibu masih belum stabil. Dokter tersebut juga menambahkan kalau pengobatan untuk penyakit ibu saya ini bakalan lama karena hormon tiroidnya sudah terlalu banyak. Untungnya dokter kemudian mengizinkan ibu saya pulang dengan syarat harus mau minum susu minimal 5 kali sehari. 

Akhirnya setelah 11 hari dirawat, ibu saya pun pulang dari Rumah Sakit dengan berbagai jenis obat yang harus beliau minum. Saat ini, sudah hampir 1 minggu sejak ibu saya pulang dari rumah sakit. Kalau boleh jujur, kondisi ibu masih tak jauh berbeda dengan saat beliau masuk rumah sakit 2 minggu sebelumnya. Beliau masih susah menelan makanan yang masuk ke tubuhnya dan hanya bisa meminum obat dan sedikit susu. Perbedaannya adalah kali ini kami memutuskan untuk tak memakaikan infus pada ibu dan berharap seiring berjalannya waktu dan keteraturan ibu minum obat, ibu pelan-pelan bisa makan dan mulai sembuh. Aamiin.

21 Comments

  1. semoga lekas diberi kesembuhan dan sehat selalu aamiin..

    ReplyDelete
  2. semoga ibunda kembali sehat dan bisa beraktivitas kembali dengan baik ya mbak. serba bingung ya ketikka ada pasien yang memang membutuhkan rawat inap terus harus dipaksa pulang. tapi alhamdulillah udah ketemu RS yang mau menerima lagi. semoga kondisinya semakin membaik ya walau perawatan dari rumah.

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah klo sudah mendapatkan perawatan yg baik ya mbak..
    Semoga ibunya lekas sehat

    ReplyDelete
  4. Semoga ibu tambah sehat dan stabil kondisinya. Salam buat ibu ya kak

    ReplyDelete
  5. Aamiin.. ikut berdoa untuk kesembuhan ibunya ya mom. Semoga kondisi beliau berangsur membaik karena saya belum pernah punya pengalaman seperti ini. Apalagi merawat orang sakit saat covid pastinya jadi tambahan tantangan tersendiri

    ReplyDelete
  6. Semoga ibu semakin pulih total ya mbak. Doa kami beserta ibu dan juga keluarga yang menjaga. Memang sekarang susah cari RS atau diagnosa dokter yang tepat mbak, apalagi semenjak pandemi ini. Semoga kita semua dalam keadaan sehat selalu.

    ReplyDelete
  7. Temen kakakku juga ada yg sakit tiroid ini, pelan pelan untuk penyembuhannya. Semoga ibunya mbak Antung lekas pulih aamiin

    ReplyDelete
  8. Baru tau nih tentang hipertiroid, gejalanya seperti itu ya... Semoga cepat sembuh mbak, sakit ibunya...

    ReplyDelete
  9. Tiroid itu yang ada di leher toh, temenku namanya sri marsha dia punya tiroid tapi takut untuk di operasi. Semoga cepet sembuh ibunya ya kak .

    ReplyDelete
  10. Semoga lekas pulih dan bisa makan dengan nyaman kembali ibunya ya Mba. Aamiin. Sehat sehat juga buat Mba sekeluarga yang sedang merawat Ibu.

    ReplyDelete
  11. Semoga ibunda bisa pulih sediakala. Sabar menghadapi penyakit ibu dan dokter pertama yang kurang bersahabat.

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah ya mbak kalau ibu sudah mulai sembuh dan bisa makan lagi. Semoga ibu selalu diberikan kesehatan... semangat mbak...

    ReplyDelete
  13. Syafakillahu, Bunda.
    Semoga Ibu lekas diberi kesehatan yang sempurna kembali.
    Menikmati kebersamaan dengan anak-cucu lagi.

    ReplyDelete
  14. penyebabnya apa ya mbak sampe kena hipertiroid.. ku tak tega kalo liat ibu-ibu sakit... ibu saya pernah sakit lama sampai setahun lamanya.. sakit komplikasi selain karena umur juga.. semoga diberi kekuatan dan kesabaran dalam merawat ibu ya.. dan semoga ibunda segera pulih dan sehat kembali

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kurang jelas, mbak apa penyebabnya. Saya cari-cari di internet nggak ada yang ngasih penjelasan rinci.

      Delete
  15. Semoga ibunya lekas sembuh dan sehat seperti sediakala ya mba. Papa mertuaku jg punya tiroid mba, tapi beliau enggan dioperasi, aknirnya berobat ke salahsatu dokter , jadi seminggu sekali papa itu suntik untuk mengurangi efek pembengkakan di tiroidnya itu. Alhamdulillah sembuh, tapi memang harus dibarengi pola hidup sehat.

    ReplyDelete
  16. Kalau boleh ikut cerita, mamaku juga dulu ada tiroid dan langsung dioperasi.

    Semoga ibu mbak Ayana lekas pulih, ya dan mendapat pengobatan yang tepat dari dokter yang tepat pula

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah, semoga lekas pulih kembali ya buat ibunya, mbak. Rasanya kalau orang tua sakit tuh sedih banget ya huhuhu :(( ga tegaaa

    ReplyDelete
  18. Semoga Ibunda diberikan kesehatan yah mba,, senang banget jika lihat ibu kita tetap sehat dan melakukan aktifitas di hari tuanya yah..

    ReplyDelete
  19. Ya Alloh mba semoga ibu segera sehat dan kembali lagi bisa makan yah bis amenjalani kembali aktifitasnya aamiin

    ReplyDelete
Previous Post Next Post