Review Film Malaysia La Luna

Sebagai negara yang bertetangga, tidak bisa dipungkiri kalau antara negara kita dan Malaysia memiliki banyak kesamaan. Mulai dari rumpun yang sama, perawakan, pakaian yang digunakan sehari-hari, hingga beberapa kali juga kita harus saling memperebutkan budaya karena sama-sama merasa sebagai pemilik aslinya. Karena itu tak mengherankan juga jika kemudian ada artis kita yang terkenal di Malaysia dan begitu pula sebaliknya.

Berbicara tentang film Malaysia sendiri, jujur saya tidak terlalu familiar dengan film-film Malaysia. Yang saya tahu mungkin hanya beberapa aktor Malaysia yang berkarir di Indonesia atau juga film dengan latar belakang kota Malaysia seperti My Stupid Boss yang menggunakan beberapa aktor Malaysia di dalamnya. Bahkan kalau diingat-ingat sepertinya tidak banyak film Malaysia yang tayang di bioskop Indonesia selama bertahun-tahun terakhir. Apakah memang Malaysia tidak mengimpor filmnya ke Indonesia atau ada alasan lain? Saya kurang mengetahuinya. 

Namun tampaknya sekarang film Malaysia sudah mulai semakin melebarkan sayapnya dan tayang di bioskop Indonesia. Salah satu film Malaysia yang sempat tayang di bioskop kita adalah La Luna di tahun 2023 lalu dan sempat jadi perbincangan di kalangan penikmat film. Film ini dibintangi oleh aktor-aktor Malaysia seperti Sharifah Amani, Shaheizy Sam, Wan Hanafi dan aktor-aktor lainnya. Berikut adalah review saya untuk film La Luna:

Review film La Luna

  
review film La Luna


Film La Luna mengambil latar sebuah kampung bernama Bras Basah. Di kampung ini hiduplah beberapa keluarga dengan problematikanya masing-masing. Ada Shalihin, polisi yang kerap dibuat sakit kepala dengan kelakuan putri semata wayangnya Azura yang beranjak remaja. Ada juga pasangan Enah dan suami yang kehidupan suami istrinya mulai hambar dan juga pasangan Yam dan Faat yang terlihat tidak harmonis. Selain itu, Kampung Bras Basah juga memiliki seorang kepala kampung bernama Atok Hasan yang dikenal sangat kolot dan tidak menyukai perubahan. Ia bahkan meminta ustad untuk merombak khutbah Jum'at hanya karena ustad ini memasukkan unsur candaan dalam khutbahnya.

Satu hari kampung Bras Basah kedatangan penduduk baru. Dia adalah Cik Hani Abdullah yang merupakan cucu dari sebuah rumah yang sudah lama ditinggalkan di kampung tersebut. Cik Hani datang ke kampung Bras Basah dengan tujuan membuka sebuah toko pakaian dalam atau lingerie bernama La Luna. Sebelumnya ia tinggal di Doha dan memiliki usaha yang sama namun karena satu hal usaha tersebut harus ditutup hingga akhirnya Cik Hani memilih pulang ke kampung halaman kakeknya. Cik Hanie kemudian merenovasi rumah peninggalan kakeknya tersebut dan menjadikannya sebuah toko sederhana dengan tulisan besar La Luna di depan rumahnya. 

Dalam sekejap, toko lingerie yang dimiliki oleh Cik Hani mencuri perhatian penduduk Kampung Bras Basah. Awalnya mereka hanya melihat dari luar, lalu kemudian ada yang memberanikan diri untuk membeli satu pakaian dalam. Tak lama kemudian ada sebuah kejadian yang membuat para wanita berbondong-bondong datang ke sana untuk membeli pakaian dalam yang cantik dan trendi. Dalam sekejap, toko pakaian dalam La Luna pun berubah menjadi tempat berkumpul para ibu untuk membicarakan banyak hal.

Sayangnya keberadaan toko lingerie La Luna ini tidak disukai oleh Atok Hasan. Sejak awal kedatangannya ke kampung Bras Basah, Atok Hasan ini sudah memperingatkan warga kampung akan perubahan yang mungkin akan terjadi jika toko lingerie La Luna tetap dibiarkan ada. Oleh karena itulah Atok Hasan melakukan berbagai cara agar toko lingerie La Luna bisa tutup, mulai dari melakukan intimidasi pada Cik Hanie hingga menggunakan kekuasaannya untuk membuat petisi ditutupnya toko La Luna yang harus ditandatangi warga kampung.

Apakah akhirnya usaha Atok Hasan ini berhasil dan toko Lingerie La Luna benar-benar tutup? 

Kesan setelah menonton film La Luna



Seperti yang saya tuliskan di atas, film La Luna merupakan sebuah film produksi Malaysia yang tayang tahun 2023 lalu. Saat film ini tayang, saya sempat membaca beberapa pujian atas film ini di aplikasi X meski tak tahu ceritanya tentang apa dan malah berpikir ini adalah film Indonesia. Untungnya beberapa waktu lalu film ini sudah tayang di OTT merah jadi saya pun bisa menontonnya. 

Kesan pertama saya saat menonton film La Luna ini adalah seperti menonton kartun Ipin dan Upin. Hehe. Ini karena bahasa Malaysia yang digunakan tentunya dan mungkin film La Luna ini adalah film Malaysia pertama yang saya tonton jadi masih berasa kurang familiar dengan filmnya. Apalagi setting film ini juga di sebuah kampung jadi benar-benar seperti setting Ipin dan Upin. Bahkan ada juga adegan menonton layar tancap yang mungkin sangat jarang kita temukan di film-film Indonesia sekarang!

Namun tentunya ada hal-hal menarik yang bisa saya ambil dari film La Luna ini. Pertama dari karakter yang ada dalam film ini. Film La Luna mengambil setting di sebuah desa dengan berbagai karakter warga. Ada sosok tetua kampung yang masih berpikiran kolot, ayah yang harus menghadapi anaknya beranjak remaja dan mulai jatuh cinta, pasangan suami istri yang kehidupan asmaranya hidup kembali karena kehadiran La Luna, hingga pasangan dengan kasus KDRT ada di kampung ini. Bahkan ada juga sedikit selipan kisah romantis antara Cik Hanie dan Shalihin yang memang digambarkan sebagai seorang duda. 

Tak hanya dari karakter warganya, keberadaan toko lingerie La Luna juga memiliki pesan tersendiri untuk para wanita. Papan nama La Luna yang dibuat begitu besar dengan lampu yang selalu menyala ternyata memiliki filosofinya sendiri di film ini. Dengan menjadikan papan nama La Luna selalu menyala, Cik Hani berharap jika ada wanita yang memerlukan bantuan bahkan di tengah malam, mereka bisa melihat kalau La Luna selalu ada untuk membantu mereka. Dan memang benar, dalam sebuah adegan diperlihatkan bagaimana La Luna menjadi sebuah tempat berlindung bagi korban DRT. Di bagian akhir, bisa disimpulkan kalau toko pakaian dalam La Luna sendiri pada akhirnya menjadi sebuah simbol adanya perubahan di kampung Bras Basah. 

Sebagai seorang penonton film yang awam dan tidak terlalu mengerti tentang teknis film, menurut saya film La Luna adalah sebuah film yang apik dan sangat layak ditonton keluarga. Meski menggunakan setting sebuah kampung, film ini cukup berhasil merangkum berbagai isu sosial terkini yang kerap kita temukan dalam kehidupan. Adanya kemiripan latar budaya Indonesia dengan Malaysia juga membuat film ini terasa dekat dengan kehidupan kita karena toh di kehidupan nyata kita juga pasti kerap menemukan kisah yang sama seperti warga kampung Bras Basah ini. 

Demikian review saya untuk film La Luna dari Malaysia. Semoga bermanfaat bagi teman-teman sekalian!

25 Comments

  1. Aku juga sukaaaaa Film ini mba. Sebenernya aku masih sering nonton film2 Malaysia apalagi di Netflix ada beberapa. Kadang ngobatin kangen aja denger obrolan pakai bahasa Melayu gini, inget zaman kuliah di sana.

    Tapi la Luna ini memang bagus kok. Lucunya dapet, pesannya juga ada. Dan sukaaa dengan makeup mereka semua. Krn cocok banget dengan kehidupan dj kampung. Padahal bbrp pemainnya itu sosialita yg sering diexpose di sana, tapi samasekali terlihat beda jadinya 👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah iyakah, mbak. Aku baru kali ini nonton film Malaysia jadi asli nggak tahu sama artis-artisnya ini

      Delete
  2. Kesan yang saya tangkap dari film La Luna ini sebuah usaha kecil bisa ngasih dampak yang besar pada komunitas. Juga menggambarkan tentang keberanian dan perubahan.

    ReplyDelete
  3. Satu hal yang saya kurang srek dari film Malaysia adalah bahasanya. Hehe. Entah kenapa mending pake bahasa Inggris sekalian. Tapi dalam konteks ini Film La Luna mencoba mengangkat isu lokal. Tapi sayangnya belum terjawab secara jelas di review mengenai genre, premis dan key point.

    ReplyDelete
    Replies
    1. padahal bahasa Malaysia lumayan akrab di telinga kita, bang lewat ipin upin. hehe. kalau genre saya juga bingung ini masuknya genre apa soalnya drama tapi ada komedinya tapi bisa masuk satir juga. kalau premis ini tentang sebuah perubahan dan keypoint itu kayaknya tentang tidak selamanya perubahan itu buruk bagi lingkungan

      Delete
  4. Ide ceritanya unik ya, ya masa ada toko pakaian dalam dg lampu gemerlap di desa.. To jadinya bikin penasaran bgm serunya film ini

    ReplyDelete
  5. Aku belum pernah nonton film Malaysia. Tapi Film La Luna ini bisa jadi film Malaysia perdana yang aku tonton nanti. Apalagi kisah dari film ini juga cukup menarik ya kak

    ReplyDelete
  6. Jadi penasaran sama Film La Luna ini. Sepertinya konflik di dalam film ini cukup dekat dengan masyarakat kita juga.Sehingga mudah relate. Kisah sederhana di desa gini emang biasanya lucu dan menarik.

    ReplyDelete
  7. Aku belum pernah nonton film Malaysia, pernahnya ya kartunnya itu, Upin Ipin. Kalau setting film ini mirip Upin Ipin jadi pasaran juga pengen nonton.

    ReplyDelete
  8. Sempat lihat sedikit previewnya di tiktok dan saya juga mengira ini film Indonesia. Sepertinya Malaysia memang mulai memperkenalkan filmnya ke negara Indonesia. Sebelumnya juga ada series Malaysia yang viral di kalangan org Indonesia.

    ReplyDelete
  9. jadi penasaran sama filmnya kyknya seru juga buat di tonton sambil nyantai

    ReplyDelete
  10. Jujur banget kalo ngkmongin film melayu biarpun bahasa nya mirip tapi sumpah sering banget ga ngerti huhu... apalagi ga series yang series aja suka diulang biar ngerti haha..

    ReplyDelete
  11. Aku terakhir kali nonton film malaysia tuh jaman dulu di TV3. Hahaha...jadul banget ya. Bahkan untuk La Luna ini pun aku baru tau kalau ini film Malaysia loh

    ReplyDelete
  12. Gak sempat nonton di bioskop, tapi pas baca review di X juga banyak yang bilang film Malaysia ini memang worth it to watch. Otw streaming deh biar bisa buat ulas film La Luna juga.

    ReplyDelete
  13. Wah, aku belum pernah nonton film Malaysia
    Oke kapan kapan mau nonton ah

    ReplyDelete
  14. Abis baca review mu ini kak auto pengen nonton la Luna juga. Masukin list yang mau aku tonton dulu ah. Makasih yaaaa

    ReplyDelete
  15. sepertinya menarik yaa alur cerita film nya, jadi penasaran mau coba nonton juga

    ReplyDelete
  16. Seru seru, aku bakal nonton sih ini. Film Malaysia tuh juga banyak yang bagus dan menarik secara alur ceritanya. Cuma ya bahasa nya kita agak paham sedikit lah, itupun kalau rajin nonton upin ipin wkwkw, biasanya ada subtitle englishnya juga.

    ReplyDelete
  17. Jangan tutup dong tokonya...
    Wuah bakalan seru sih si Atok ini dengan segala upayanya ya. Sepertinya bisa jadi tontonan akhir pekan

    ReplyDelete
  18. Kok lucu ya tema filmnya. Menarik sepertinya La Luna ini. Baca sinopsisnya, terbayang settingnya yang dekat dengan kita juga sebagai bangsa serumpun dengan Malaysia. Memang di mana-mana perubahan itu biasanya sulit diterima. Tapi bagaimana pun yang bisa beradaptasi terhadap perubahan yang bisa bertahan ya.

    ReplyDelete
  19. Film malaysia memang bisa mudah dimengerti karena bahasanya yang lumayan dekat dengan bahasa Indonesa. Bisa jd rekomendasi klo lagi pengen nonton film luar.

    ReplyDelete
  20. Suka kalau nonton Film Malaysia karena logat bahasanya kayak Upin dan ipin jadi mudah dimengerti, lagian aku dari Sumatera, bahasa Melayu miriplah. Cuma kadang kalau akting, aku jarang menemukan yang aku sukai. Sekarang kalau nonton menikmati alur ceritanya aja.

    ReplyDelete
  21. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  22. Menarik juga filmnya nih kalau aku baca-baca ulasan dari mbak Antung. Boleh lah kalo ada waktu nanti nonton juga.

    ReplyDelete
  23. Baru tahu ada film Malaysia yang kalau saya lihat dari sinopsisnya, bagus dan layak untuk ditonton nih. Memang banyak persamaan ya mbak antara Indonesia dan Malaysia sehingga ketika kita menonton filmnya pun mudah dipahami

    ReplyDelete
Previous Post Next Post