Mencari Rekomendasi MPASI untuk Anak Kedua

Mencari Rekomendasi MPASI untuk Anak Kedua


"Yumna-nya susah makan lagi hari ini. Hampir satu jam dia disuapin baru habis buburnya," begitu kata pengasuh Yumna, putri sulung saya 2 tahun lalu saat usianya masih 8 bulan. Saat itu saya baru saja tiba di rumahnya untuk menjemput Yumna sepulang jam kantor. 

"Coba itu kasih garam buburnya biar enak dikit," tambah wanita itu lagi pada saya.

Saya hanya tersenyum mendengar sarannya. Ini bukan pertama kalinya saran tersebut diberikan pada saya selama masa MPASI Yumna. Ibu saya juga sering sekali memberikan saran yang sama." Makanan rasanya kayak ludah hantu begini. Gimana anak mau makan?" Begitu kerap ibu saya mengomentari MPASI buatan saya untuk Yumna.

Saya sendiri bukannya tidak sadar kalau MPASI buatan saya tidak enak untuk dimakan. Namun kala itu entah mengapa saya begitu patuh mengikuti panduan yang no gulgar untuk bayi di bawah 1 tahun. Saya bahkan juga  tidak mau memberikan MPASI instan untuk Yumna karena takut dia tidak naik tekstur seperti yang dikatakan di grup yang saya ikuti. Iya saya sekeras kepala itu.

Baca juga : MPASI, Antara Teori dan Praktik

Gagal. Pada akhirnya itulah satu kata yang bisa saya katakan tentang masa MPASI Yumna ini. Sejak usianya menginjak 8 bulan hingga 2 tahun Yumna sulit sekali makan. MPASI yang saya buat jarang sekali dimakan dengan lahap. Kalau pun mau makan, harus ditunggu dengan sabar dalam menyuapinya. Tak heran jika pada akhirnya berat badannya susah sekali beranjak dari angka 10 dan 11. Baru setelah usianya mendekati 3 tahun ini Yumna memperlihatkan ketertarikan untuk makan.

Berkaca dari pengalaman kegagalan di masa MPASI Yumna, saya pun bertekad untuk lebih membekali diri saat masa MPASI anak kedua nanti. Ya, November ini, Yafiq anak ke dua saya akan berusia 6 bulan. Itu artinya saya akan memulai kembali babak MPASI ini. Jika dibandingkan dengan MPASI anak pertama, tentunya ada sedikit perbedaan saya dalam mempersiapkannya. Jika saat anak pertama saya sibuk belajar dari grup-grup facebook, maka untuk MPASI anak kedua ini saya berburu mencari rekomendari MPASI terbaru untuk Yafiq.


Bermula dari cuplikan Instastory hijaber mrsdelonika saat mengikuti acara seminar MPASI bersama dr. Tiwi, mata saya pun mulai terbuka. Meski cuma beberapa detik saya jadi sadar bagaimana pentingnya mencukupi gizi anak di 1000 hari pertamanya. Saya pun mulai menonton seminar dr. Tiwi di channel youtube-nya. Saja juga kemudian mengikuti akun Instagram dr. Meta Hanindinta yang (sepertinya) juga menjadi rujukan para ibu dalam memberikan MPASI untuk anak. Terakhir, saya juga membeli buku dr. Arifianto yang berjudul Makan Tepat, Tumbuh Sehat untuk menambah ilmu saya terkait rekomendasi MPASI ini. Alhamdulillah setelah membaca sharing demi sharing dari para dokter anak ini, saya jadi lebih tahu seluk-beluk MPASI dari sisi kedokteran.

Baca juga : Ketika Anak Susah Makan Saat Bersama Ibunya

Nah, kali ini saya mau sedikit berbagi beberapa ilmu yang saya adopsi terkait MPASI anak ini:


Kapan bayi sudah boleh diberi MPASI

Pertanyaan kapan bayi sudah boleh diberi MPASI sebenarnya perlu dilihat dari kesiapan bayi juga. Namun berdasarkan panduan dari WHO, bayi sudah mulai diberi makan di usia 6 bulan. Alasan dari karena di usia 6 bulan ini ASI sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan nutrisi bayi untuk pertumbuhannya. Karena itu bayi harus mendapat sumber energi tambahan yang mengandung karbohidrat dan lemak, juga protein dan berbagai multivitamin dan mineral. Semua itu didapat dari makanan pendamping ASI.

Tanda bayi siap diberi makan

Beberapa tanda fisik yang menunjukkan kalau bayi sudah siap diberi makan antara lain: 
  • Kepala sudah mampu bertahan tegak, dan bayi dapat duduk dengan bantuan
  • Reflek menjulurkan lidah (ekstrusi) berkurang
  • Bayi menunjukkan ketertarikan melihat orang makan
  • Bayi mencoba meraih makanan yang dilihatnya, lalu membuka mulut jika disodori sendok/makanan

Syarat Pemberian MPASI

Dalam memberikan MPASI untuk anak,WHO menetapkan 4 syarat, yakni:

  1. Tepat waktu, yakni dengan melihat tanda-tanda kesiapan dari bayi baik secara enzimatik, motorik dan psikologis. Pada bayi cukup bulan, kesiapan ini biasanya ditunjukkan pada usia 4-6 bulan. 
  2. Adekuat atau cukup berarti MPASI harus memenuhi kebutuhan zat gizi yang tidak lagi terpenuhi oleh ASI. Maka MPASI harus memenuhi kebutuhan energi (terutama karbohidrat), sera dari sayur-sayuran dan buah-buahan (sumber vitamin dan mineral), lemak dan protein, termasuk mikronutrien penting seperti zat besi dan seng
  3. Aman, yang terdiri kebersihan (makanan harus disiapkan, disajikan dan disimpan secara higienis) dan keamanan zat gizi yang diberikan
  4. Diberikan dengan dengan cara yang benar, yang berkaitan dengan responsive feeding

Apa itu Responsive Feeding

Dalam proses pemberian MPASI, kita mungkin pernah mendengar istilah responsive feeding. Nah, dulunya saya pikir responsive feeding ini adalah saat kita menyuapkan makanan ke anak, anaknya buka mulut. Eh, ternyata bukan itu. Proses belajar makan pada anak tidak sekadar memenuhi kebutuhan nutrisi, juga momen untuk melatih keterampilan dan kebiasaan makan yang sehat. Pada proses makan juga terjadi interaksi antara orang tua dan anak yang dapat mendekatkan keduanya. Inilah yang dinamakan responsive feeding menurut WHO.

Beberapa cara yang bisa dilakukan dalam responsive feeding ini antara lain:

  1. Berikan makanan pada bayi dan dampingi anak yang lebih besar untuk makan secara mandiri. Jangan lupa, pahami tanda lapar sang anak
  2. Berikan makanan secara perlahan dan sabar. Bujuk anak untuk menghabiskan makanannya tanpa memaksa
  3. Bila sang anak menolak, berikan makanan lain dengan kombinasi, rasa, tekstur dan metode yang berbeda
  4. Batasi gangguan saat memberikan makan pada anak
  5. Proses memberi makan merupakan proses yang penting untuk ikatan emosional antara anak dan orang tua

Makanan pertama

Dalam memberikan makanan pertama untuk bayi, biasanya bergantung pada kebiasaan dan referensi yang dianut para ibu. Saat saya kecil dulu, misalnya, MPASI yang diberikan berupa pisang yang dilumat atau nasi yang dilumat. Nah, menurut Ikatan Dokter Indonesia sendiri, melalui "Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi" menjelaskan tahap pertama adalah memberikan bahan makanan yang tinggi zat gizi yang dibutuhkan, baik makronutrien maupun mikronutrien harus tercukupi.

Sumber energi berasal dari karbohidrat dan lemak. Maka, MPASI pertama harus mengandung karbohidrat yang mencapai 50-60% dari total kebutuhan energi, dengan selebihnya adalah porsi lemak dan makro/mikronutrien lain sampai 100%.

Adapun protein merupakan zat pembangun dan pembentuk enzim dan hormon. Kebutuhan protein yang harus dipenuhi dari MPASI adalah 29% pada usia 6-8 bulan, 42% pada usia 9-11 bulan dan 57% pada usia 12-23 bulan. Nah, untuk penerapannya sendiri untuk bayi berusia 6-8 bulan diberikan 30-60 gram/hari, bayi usia 8-12 bulan diberikan 60-90 gram/hari dan anak berusia 1-3 tahun diberikan 90-130 gram/hari.

Lalu bagaimana dengan sayur dan buah? Sayur dan buah yang kaya vitamin A harus dikonsumsi setiap hari untuk mencegah kekurangan vitamin A. Untuk mencegah hilangnya vitamin, sangat direkomendasikan untuk memasak dengan sedikit air, lalu merebusnya dalam waktu sebentar.

Tentang MPASI Instan dan Penambahan Gula dan Garam pada MPASI


Seperti yang saya tuliskan sebelumnya, saat MPASI Yumna dulu saya benar-benar anti MPASI instan. Kala itu yang saya tahu resiko pemberian MPASI instan adalah membuat anak tidak bisa naik tekstur. Selain itu MPASI instan juga mengandung gula dan garam yang kala itu juga saya hindari. Belakangan saya baru terbuka ilmunya soal MPASI instan ini.

MPASI instan atau terfortifikasi merupakan MPASI yang takaran gizinya sudah diperhitungkan serta sudah melalui standar yang ketat oleh WHO seperti tidak boleh mengandung bahan pengawet, pemanis buatan dan pewarna sintetik. Bahkan untuk perasa MPASI instan juga menggunakan perawa alami. Nah, salah satu keuntungan dari menggunakan MPASI instan ini adalah kita bisa lebih yakin dengan kandungan gizi dalam MPASI tersebut karena sudah tertakar. Beda dengan MPASI Homemade yang kadang kita membuatnya tanpa takaran khusus. Sedangkan untuk penambahan gula dan garam pada MPASI ternyata WHO juga memperbolehkannya dalam takaran yang sedikit dan seperlunya saja.

Nah, setelah membaca berbagai referensi ini, akhirnya untuk MPASI Yafiq saya putuskan untuk kombinasi antara MPASI Instan dengan MPASI Homemade agar kebutuhan gizinya terpenuhi. Harapan saya sih dengan kombinasi MPASI ini anaknya lebih gampang makan ketimbang kakaknya dan pastinya berat badannya bisa sesuai kurva. Doain saya ya teman-teman. Hehe.

Demikian sedikit informasi yang bisa saya bagikan. Semoga bermanfaat buat teman-teman semua.

22 Comments

  1. ngakak dulu ah kayak ludah hantu :D tapi anak-anakku juga dikasih gulgar setelah 1 tahun mba sebelumnya hanya andalkan unsalted butter aja :D alasannya sih biar anak ga picky karena udah rasain yang enak :D

    anak pertamaku full homemada dan anak kedua sih campur sari karena aku sudah lelah mba :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih, mbak aku juga ngakak pas dengar kata ludah hantu itu. Hihi. Kayaknya memang tergantung karakteristik anaknya juga ya, mbak masalah makan ini. Semoga aja si adik nggak sesudah kakaknya nih makannua

      Delete
  2. makasih sharingnya, kayaknya bakal dipraktekin buat cucuku kelak

    ReplyDelete
  3. Akupun begitu mom. Aku trll ketat sama apa yang di konsumsi anak. Dan penggunaan gula dan garam disaat usia 1tahun. Dan selama itu banyak yg bully aku katanya kl gk dikasih garem ya gk enak. Tp aku ttp kekeuh dengan pendirianku

    ReplyDelete
  4. Sama mba. Dulu saya sempet juga anti mpasi instan. Karena saya bikin sendiri juga. Bahkan jalan-jalan juga ga mau pakai mpasi instan. Tapi seiring bertambahnya pemahaman buat mpasi anak k 2 nanti. Semoga segera di kasih, saya ga akan anti mpasi instan lagi. Tapi sehari-hari brusaha bkin mpasi sndiri dan ngukur sendiri karena aku ngjar naik tekstur. Naik tekstur ini bermanfaat untuk motorik mulut anak juga dan ini akan ngaruh juga ke kemampuan bicaranya kelak. Tapi kalau jalan2 atau capek kasih aja mpasi instan. Disimpelin aja ya

    ReplyDelete
  5. Wah aku nih anak pertama MPASI insta apa2 beli nih sampe bubur aja ku beli. Semoga anak kedua bisa buat sendiri dan gak kasih yang insta2 lagi

    ReplyDelete
  6. Sama nih mbak, oengen lebih persiapkan diri nih buat anak kedua mpasi nanti.
    Karena merasa gagal juga haha

    ReplyDelete
  7. Aku ASI eksklusif dan mulai MPASI juga setelah 6 bulan ke atas. Aku malah kesulitan di anak pertama karena dia cenderung suka manis dan buah2an dari pada yang gurih, anak kedua semua rasa dia suka.

    ReplyDelete
  8. Mpasi paling gampang adalah mpasi makanan keluarga..
    Bayi makan menu yg sama dgn ortunhya, yg di bedakan hny teksturnya

    ReplyDelete
  9. Aku pakai MPASI instan pada saat traveling, cari brand yang reputasinya bagus, tapi kadang kalau lagi malas masak juga pake mpasi instan di rumah hehehe

    ReplyDelete
  10. untuk persiapan anak kedua udah well noted banget ya kak, bisa aku jadiin referensi untuk kondisi nanti ketika sama anak pertama nih untuk persiapan MPASI nya

    ReplyDelete
  11. Toss kita mba..
    anakku yang pertama sampe kelima semua no gulgar hingga 1 tahun atau hingga ia memiliki menu yang yang samadengan orang dewasa. ♡

    ReplyDelete
  12. Jadi bnyak tahu nih tentang Mpasi lengkap bngt ulasannya ..sangat bermanfaat bngt buat ibu2 muda

    ReplyDelete
  13. Aku sebenernya termasuk orangtua yang mengenalkan anak-anak makanan berasa sejak dini. Jadi seterusnya, mereka lebih senang makanan berasa.
    Buat yang belum terlanjur, penting banget banyak baca sebelum memberikan MPASI.

    ReplyDelete
  14. Responsif feeding ya, hemm perlu juga untuk dipahami nih meski memang belum mengerti juga karena daku belum sampai pada masa tersebut 😁

    ReplyDelete
  15. aaah sama nih kayak anakku dulu as mpasi aku anti bubur instan, anti gulgar, ealah anaknya jadi susyeh makannya
    sekarang mah udah bodo amat semua aja saya kasih, termasuk rawon, soto, dll. haha

    ReplyDelete
  16. Wah, sama mb.. Saya dulu juga buat mpasi sendiri dan non gulgar juga. Padahal kalau dipikir2 mpasi instant tu dah ada yg ngawasi dan pasti aman ya.. Hihi..

    ReplyDelete
  17. Aku terapkan responsive feeding untuk MPASI anak pertama. tapi kalau dikasih anak kedua, aku pengen menerapkan BLW full deh

    ReplyDelete
  18. Aku masak sendiri MPASI buat anakku. Tapi suka ditambah yang MPASI instan untuk menambah dan memenuhi kebutuhan gizi aja. Takutnya ada yang kurang hehehe.

    ReplyDelete
  19. Dulu, waktu MPASI pertama anakku. Aku ngasihnya sayur duluan. Terutama brokoli. Maksudnya biar dia kenalnya sama sayur dulu baru nanti buah. Dan allhamdulillah sampe sekarang suka makan sayur.

    ReplyDelete
  20. Barakallah Mom semoga lancar lancar yaa proses MPASI nya. Jadi ingat waktu MPASI anakku, awalnya aelow tapi mulai kepikiran pas ngga doyan makan alhamdulillah sekarang kenceng banget makannya :D

    ReplyDelete
  21. Aku selalu suka belajar menu-menu MPASI buat anak. Senang saja berkreasi melalui makanan. Yang penting kecukupan gizinya terpenuhi ya.

    ReplyDelete
Previous Post Next Post