"Jadi kita mau ke mana nih?" tanya teman saya pada kami berdua dalam perjalanan kami menuju kota Banjarbaru.
"Setara Cafe kan?" jawab teman saya.
"Tahu aja kan tempatnya?" tanya teman saya lagi.
"Katanya di belakang kantor walikota gitu. Coba cek pakai Google Maps aja biar gampang," jawab saya kemudian.
"Oke deh," kata teman saya lagi sambil melajukan mobilnya.
Berbekal petunjuk dari mbah Google Maps, kami pun tiba di lokasi Setara Cafe yang dimaksud. Sayangnya, saat kami tiba cafe tersebut masih belum buka. Mungkin karena kami tiba di saat waktu masih menunjukkan waktu salat Jum'at sehingga para pekerjanya masih belum full bertugas. Mau tak mau kami harus mencari tempat alternatif lain untuk dikunjungi.
Nah, rupanya tepat di samping Setara Cafe juga ada kafe lain yang tak kalah menarik yakni Cafe Balai Kuta. Berhubung tak ada opsi lain, akhirnya kami memutuskan untuk menyambangi Cafe tersebut dan mencoba beberapa menu di sana.
Mulanya saya pikir Cafe Balai Kuta ini diambil dari bahasa Banjar yakni Kuta yang merupakan versi Banjar dari Kota. Namun ternyata nama Balai Kuta lebih merujuk pada Pantai Kuta yang ada di pulau Bali. Hal ini bisa dilihat dari logo Cafe yang berbentuk pohon kelapa dan adanya properti berbentuk payung khas Bali di bagian depan cafe tersebut.
Bangunan Cafe Balai Kuta ini sendiri berbentuk rumah dengan arsitektur Belanda yang diubah menjadi bangunan cafe yang nyaman. Pada bagian halaman cafe terdapat kursi-kursi kayu dan ada panggung kecil yang mungkin diperuntukkan bagi mereka yang ingin bernyanyi. Adapun pada bagian depan bangunan terdapat logo Cafe itu sendiri dan juga "Setiap Orang Berhak Santai".
Memasuki bagian dalam cafe, kami langsung disambut dengan meja bar untuk memesan makanan. Ruangan dalam Cafe ini layaknya ruang tamu di rumah dengan beberapa kursi dan sofa yang diletakkan sedemikian rupa menyesuaikan jumlah tamu yang datang. Di setiap meja terdapat hand sanitizer yang pastinya sangat berguna di masa pandemi seperti sekarang. Sedangkan pada bagian dinding terdapat lukisan mural bertema tanaman yang pastinya bisa menjadi spot untuk berfoto-foto.
Saat akan memesan makanan, kami agak kecewa karena menu utama yang ada di daftar resep ternyata belum siap. Untungnya masih ada menu cemilan dan pasta yang bisa dipilih untuk mengisi perut yang sudah mulai berteriak. Adapun cemilan yang ada di cafe ini cukup beragam mulai dari toast, churros, sosis panggang, pisang keju, cireng, tahu bakso hingga samosa. Sedangkan untuk menu utama ada 3 pilihan menu yakni chicken katsu, chicken wings dan nasi goreng dengan kisaran harga 25 ribuan.
Setelah berdiskusi, kami bertiga sepakat untuk memilih spageti oglio olio sebagai menu makan siang. Untuk menu spageti ini, dibanderol dengan kisaran harga 35-40 ribuan per porsi. Lalu untuk cemilannya, kami memilih tahu bakso, samosa dan churros yang harganya sekitar 20 ribuan seporsi. Sedangkan untuk minuman saya memilih lychee tea sedangkan 2 teman yang lain memilih varian kopi karamel dan Brown sugar milk.
Begitu makanan tiba di meja makan, tentunya hal pertama yang dilakukan foto-foto dulu dong baru makanannya dicicipin. Kalau untuk urusan rasa, bisa dibilang makanan yang disajikan di Cafe ini cocok untuk lidah saya. Saya bahkan cukup penasaran dengan bumbu dari spageti oglio olio yang kami pesan karena memiliki cita rasa pedas seperti saus padang dengan topping ayam dan keju pada bagian atasnya. Mungkin kalau ada waktu saya akan mencoba spageti jenis ini di rumah.
Setelah acara santap siang usai, saya bertanya kepada pelayan yang bertugas apakah di Cafe tersebut ada mushola? Alhamdulillah pertanyaan saya dijawab dengan menunjukkan lokasi mushola yang ternyata berada di belakang kafe. Kami pun berjalan menuju bagian mushola yang ditunjukkan berada.
Saat tiba di lokasi, saya agak kaget karena ternyata mushola yang dimaksud berupa ruang terbuka sederhana dengan sebuah WC dan tempat wudhu serta beberapa mukena yang disiapkan untuk dipakai bagi mereka yang ingin melaksanakan salat. Saya juga agak bingung saat akan salat karena di mushola tersebut tidak ada penanda arah kiblat ke mana. Hmm, mungkin ke depannya pihak Balai Kuta bisa lebih mempercantik bagian mushola ini biar lebih nyaman digunakan.
Perut kenyang, salat sudah, tibalah akhirnya sesi terakhir dari kunjungan ke cafe Balai Kuta, yakni foto-foto. Memang, ya, nggak afdol rasanya sekarang kalau nggak berpose dulu saat mengunjungi sebuah tempat yang dikunjungi. Apalagi kalau tempat tersebut instagrammable, pasti deh nggak bakalan jadi objek foto hape kamera kita. Mungkin karena itu juga di bagian depan cafe diletakkan sebuah vespa yang bisa dijadikan properti pengunjung untuk berfoto.
Demikian sedikit cerita saya saat berkunjung ke Cafe Balai Kuta beberapa waktu yang lalu. Semoga bermanfaat buat para pembaca sekalian!
Alamat Cafe Balai Kuta :
Jl. RP Soeparto No.1, Mentaos, Kec. Banjarbaru Utara, Kota Banjar Baru, Kalimantan Selatan 70714
18 Comments
Jadi teringat dulu waktu saya kuliah di Banjarbaru kalau ada cafe baru cuss langsung diserbu bareng teman-teman. Sekarang mungkin ga bisa sembarang serbu lagi ya. Plus jumlah cafenya juga sekarang udah banyak banget 😂
ReplyDeleteWahhh, senang akhirnya mba antung mampir balai kuta juga. Kapan2 kalo ke balai kuta lagi kita meet up yuk, lama gak ketemuan kita nih. Aku sukanya balai kuta karena lokasinya di pusat kota tapi gak terlalu ramai jalannya, jadi gak terlalu debu dan bising kalo duduk diluar
ReplyDeleteWah, ternyata ada kafe secantik ini di Banjarbaru ya. Insya Allah usai PPKM mau icip pasta ah. Kl cemilan,boleh deh churrosnya.
ReplyDeleteEny blm pernah ksni btw mba jadi pengen deh soalnya ada churros fav Eny bgt loh hhi
ReplyDeleteNaaah.. lagi ngetren ini, kak. Nyemil Churros sambil minum kopi, biasanya disarankan untuk yang baru pertama atau beberapa kali saja mencoba kopi hitam.
ReplyDeleteTapi nasi goreng? Belum pernah sih, makan nasi goreng terus minumnya kopi. Hmm.. sepertinya rasanya seru juga.
Kalau liat spageti dan samosanya bikin ngiler deh Kak. Apalagi ini komennya Minggu pagi. Mana laper banget hahahaha. Btw aku seneng liat tempat wisata yang menyediakan tempat ibadah dengan baik, ini pertanda mereka bener2 memikirkan pelayanan kepada pelanggan.
ReplyDeleteWih mba Antung niat banget nih sengaja berkunjung ke kafe yang jaraknya cukup jauh 30km aja gitu. Tapi kalo hobi hunting tempat kuliner baru saya juga suka nyengajain sih ajak teman rame2 buat ke tempat itu hehe. Kulineran skalian jalan2
ReplyDeleteSamosa, churros, wah camilannya menggiurkan. Ada makanan khas Balinya nggak ya? Soalnya namanya Cafe Kuta. Harganya udah kayak harga kafe Jakarta ya, Mbak. Interior depan kafenya bagus ya.
ReplyDeletekalau nggak salah kemarin itu menu utamanya masakan khas bali gitu kalau menu lain yang standar aja, mbak. hihi iya nih harganya rata-rata segitu kalau cafe di sini
Delete"SETIAP ORANG BERHAK SANTAI". Aku malah suka banget sama tagline-nya cafe Balai Kuta ini. Dengan tempat duduk outdoor yang menarik, memang kayaknya mengunjungi Balai Kuta harus dinikmati dengan santai bersama orang-orang terkasih, tanpa scroll media sosial.
ReplyDeleteSuka sekali dengan tageline yang dipakai, "Semua Orang Berhak Santai". Setuju, Kak. Kalau musallanya lebuh ditata dna dibuat menarik akan lebih baik lagi.
ReplyDeleteTerniat yah mba, menempuh 30Km hanya untuk mengunjungi sebuah kafe. Tapi kalau kafenya bagus dan makanannya enak, saya juga rela sih pergi jauh-jauh.
ReplyDeleteBtw itu tulisan "Semua Orang Berhak Santai" gede banget, udah kayak nama kafe.
Setelah baca artikrlnya baru paham deh, nama balai kuta dari balai kota - kantor walikota.kirain Kuta Bali wkkkk. Balai kuta, dengan konsep kafe kekinian yang bikin orang betah berlama lama nungkrung.Dona
ReplyDeleteKalau cafe yg lagi trending itu kebanyakan pake kata-kata ya mba dan pas dengan suasana hati pengunjungnya. Makin menarik emg dibuat sedemikian rupa kafenya, kreatiff
ReplyDeleteTerakhir ke Banjarbaru tahun 2015, jadi kangen euy. Belum sempat sambangi cafenya. Tapi menarik ya cafenya hommy dan Instagramable. Suka banget baca tagline depan kafenya
ReplyDeleteuwah, aku suka banget kata-katanya, semua orang berhak santai
ReplyDeleteiya kan, kapan lagi bisa santai sambil ngopi dan ngobrol gini
Dari luar cafe ini terlihat sangat klasik, setelah masuk ke dalem juga klasik yaa, seperti bangunan tempo dulu dengan cat warna putih. Itu Churosnya menggoda bangeetss~
ReplyDeleteKalos iang hari rasanya saya akan memilih bersantai di dalam ruang cafe.
ReplyDeleteMungkin kalo malam suasana santai di luar cafe lebih mengasyikkan.