Cerita Anak Masuk Sekolah Negeri



Tahun ini alhamdulillah putri sulung saya Yumna diterima di salah satu sekolah negeri di kota Banjarmasin. Pilihan saya menyekolahkan anak di sekolah negeri tentunya dengan berbagai pertimbangan, mulai dari jarak hingga juga biaya. Tentunya ada kelebihan dan kekurangan dari pilihan saya menyekolahkan anak di sekolah Neger ini. Saya sendiri berharap pilihan saya ini benar dan bisa mengantarkan anak saya menjadi pribadi yang berkualitas dan berakhlak.

Sedikit cerita tentang proses pendaftaran Yumna di sekolah dasar, sebenarnya dari segi jarak mungkin anak saya tidak akan bisa masuk sekolah tersebut karena jarak rumah kami 10 km dari sekolah tersebut. Saya sendiri sebelumnya juga sudah mendaftarkan Yumna di 2 madrasah Ibtidaiah yang lokasinya masih sedikit lebih dekat dari rumah, namun ternyata dua-duanya dinyatakan tidak lulus. "Mungkin memang takdirnya Yumna sekolah di dekat kantor," begitu kata saya dalam hati setelah pengumuman di MI kedua dilakukan. 

Ya, lokasi sekolah Yumna yang sekarang memang berdekatan dengan kantor tempat saya bekerja. Kebetulan ada 4 sekolah negeri yang lokasinya tak jauh dari kantor dan sudah saya incar untuk mendaftarkan Yumna. Satu-satunya hal yang saya khawatirkan adalah anak saya tidak lulus karena zonasi. Namun dari beberapa informasi yang saya dapat, untuk tingkat SD, seleksi penerimaan tidak seketat SMP atau SMA. Namun untuk berjaga-jaga saya membuat surat keterangan kerja untuk meyakinkan pihak sekolah bahwa tempat kerja saya memang berada di sekitar sekolah. 

Untuk PPDB SD Negeri di Banjarmasin sendiri masih dilakukan secara offline. Jadi ibu dan anak datang langsung ke sekolah untuk melakukan pendaftaran dan anak juga langsung diwawancara untuk mengetahui kesiapan masuk sekolah Dasar. Yumna saya daftarkan ke 4 sekolah negeri tersebut dan langsung menjalani wawancara. Sayangnya saat saya tanya apa saja pertanyaan yang dilontarkan guru putri saya itu tidak terlalu bersemangat menjawabnya. 

Pengumuman lolos tidaknya anak yang mendaftar SD hanya berselang 2 hari dari pendaftaran. Beberapa sekolah hanya menuliskan nomor pendaftaran dari siswa sehingga untuk para orang tua disarankan untuk menyimpan nomor pendaftaran tersebut yang akan menjadi bukti untuk daftar ulang . Yumna sendiri alhamdulillah lulus di semua SD Negeri yang saya daftarkan. Rupanya memang benar untuk tingkat SD, ketentuan zonasi dalam penerimaan siswa ini masih tidak terlalu ketat dan mengandalkan sesi wawancara dari guru. 


Biaya Pendaftaran Sekolah Negeri

Daftar ulang untuk SD dilakukan di hari yang sama dengan pengumuman lulus tidaknya anak di SD tersebut. Untuk SD Negeri tempat Yumna sekolah, biaya daftar ulang ini sebesar Rp. 875.000 yang sudah termasuk biaya penebusan baju seragam dan kelengkapannya. Jadi Yumna mendapat paket berupa emblem untuk seragam putih dan pramuka, baju batik, kain sasirangan, kain untuk seragam pramuka atas bawah, jilbab putih dan jilbab pramuka, dasi, topi, ikat pinggang, kaos kaki 2 pasang, dasi pramuka dan ikatannya, pluit, topi pramuka, baju olaraga. Adapun pakaian sekolah lain seperti seragam putih, rok putih dan merah serta sepatu bisa dibeli sendiri oleh orang tua.

Di sekolah Yumna, hari pertama tahun ajaran baru 2023/2024 sendiri dimulai pada 17 Juli 2023. Jika sebelum Yumna masuk SD saya akan berangkat kerja pukul 7 lewat, maka semenjak hari pertama SD ini jam berangkat saya dimajukan menjadi pukul 7 kurang untuk mengantisipasi keterlambatan saya tiba di kantor. Jarak dari kantor ke sekolah sendiri sebenarnya hanya memakan waktu 5 menit jika naik motor. Namun jika saya kesiangan, takutnya saya terkena macet di beberapa titik yang memang menjadi jalur anak sekolah di jalan A. Yani.

Di hari-hari pertama sekolah atau disebut juga MPLS ini, siswa baru hanya bersekolah hingga pukul 10 pagi. Di hari pertama kami para orang tua menunggu di sekitar sekolah untuk mengetahui hal-hal terkait kegiatan di sekolah. Yumna sendiri ditempatkan di kelas 1B dengan jumlah siswa 24 orang. Sembari guru mengajak para siswa baru untuk berkeliling sekolah, orang tua murid dikumpulkan untuk membentuk grup yang nantinya akan menjadi wadah koordinasi antara pihak sekolah dan orang tua murid.

Selain membentuk grup yang kami sebut paguyuban dengan seorang ketua, orang tua murid juga diminta bermusyarah terkait iuran bulanan orang tua yang akan dialokasikan untuk membeli perlengkapan di kelas dan juga pengeluaran lain seperti acara-acara tertentu yang tidak ditanggung oleh sekolah. Alhamdulillah untuk iuran orang tua ini tidak terlalu memberatkan bagi para orang tua yakni 10 ribu rupiah per bulannya. 

Kurikulum dan kegiatan di sekolah

Sekolah Dasar tempat Yumna belajar sekarang sudah menggunakan kurikulum Merdeka dalam pembelajarannya. Karena kurikulum ini masih baru, Yumna masih belum mendapat buku paket namun diberikan pilihan membeli beberapa LKS dari sekolah. Jujur ya saat melihat materi yang ada di LKS tersebut saya hanya bisa mengelus dada karena materinya benar-benar berbeda dengan zaman saya SD dulu yang benar-benar masih belajar membaca dan menulis. Namun pada praktiknya, selama 2 minggu pertama sekolah, wali kelas Yumna memang masih fokus pada melancarkan membaca dan menulis pada setiap murid sambil sesekali mengerjakan tugas di LKS dan buku paket yang dibagikan. 

Setelah masa MPLS selesai, jam sekolah Yumna adalah dari pukul 07.30-11.45 untuk hari Senin-Kamis, 07.30-10.30 hari Jum'at dan 07.30-11.00 di hari Sabtu. Selain pelajaran harian, setiap pagi sebelum pelajaran dimulai juga ada kegiatan yang dilakukan bersama-sama seperti upacara di hari Senin, Sarapan bersama di hari Selasa, hari Rabu untuk literasi, Kamis untuk senam, Jumat Taqwa, dan upacara pramuka di hari Sabtu. Sekolah Yumna juga memiliki beberapa ekstra kurikuler yang bisa diikuti oleh para siswa. Untuk saat ini baru ekskul menari yang dibuka semoga nanti secepatnya ada juga ekskul menggambar dan karate yang rencananya akan saya daftarkan untuk Yumna. 

Selama kurang lebih satu bulan menjadi anak SD, saya lihat Yumna masih enjoy-enjoy saja dengan rutinitas barunya. Jadi pagi hari dia saya antarkan ke sekolah, siang saya jemput dan tinggal bersama saya di kantor lalu pukul 14.30 berangkat lagi untuk belajar di salah satu TPQ yang lokasinya juga tak jauh dari kantor. Kalau awalnya sempat merasa lelah dan repot sih karena tiap hari harus bawa bawaan segambreng buat anak sekolah.Tapi kemudian ingat bahwa ini adalah upaya saya memberikan pendidikan yang baik untuk anak dan juga mellihat ibu-ibu lain juga sama kayak saya repotnya jadinya tetap bersemangat menjalani hari-hari. 

Demikian sedikit cerita saya tentang anak pertama saya yang masuk sekolah. Bagaimana dengan teman-teman sekalian? 

 


Baca Juga
Reactions

Post a Comment

5 Comments

  1. Selamat menuntut ilmu nak Yumna. Alhamdulillah seleksinya masih offline ya, nggak harus deg-degan pantengin web PPDB Online karena takut kegeser terutama untuk yang zonasi. Ngerasa tahun ini, karena adik saya baru masuk SMP. Bener2, daftar di sekolah terdekat saja biar peluang diterimanya lebih besar.

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah ya dik Yumna sudah mulai menuntut ilmu di bangku SD. Alhamdulillah juga sistem zonasi SD ternyata lebih fleksibel ya
    Mudah-mudahan di Yumna bisa meraih prestasi terbaik di bangku SD ini ya.

    ReplyDelete
  3. Detail banget ceritanya, memang perlu perjuangan memasukkan anak ke sekolah dasar ya. Tantangannya adalah PPDB ini, banyak yg mental sistem zonasi. Alhamdulilah Yumna bisa masuk dan lulus dengan baik. Selamat bersekolah ya

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah kalau Yumna bisa sekolah dekat dengan kantor ibunya, beruntung bisa masuk di sana dg sistem ppdb offline nya
    Semangat untuk belajar nya Yumna ya

    ReplyDelete