Happy Forty Day! Sebuah Catatan Empat Dekade Kehidupan


Tahun 2024 ini, usia saya resmi berganti dari kepala tiga menjadi kepala empat. Jujur cukup aneh rasanya ketika menyadari kalau saya tak lagi bisa dengan bangga bilang usia saya masih 30-an. Berat badan saya kini sudah bertambah 10 - 15 kilo jika dibandingkan dengan usia awal tiga puluhan dulu. Wajah yang dulunya kencang kini sudah memperlihatkan sedikit kerutan dan flek hitam. Kacamata minus saya kini lebih sering bertengger di atas kepala karena tak kunjung menemukan fokusnya. Belum lagi uban yang kini semakin banyak muncul mewarnai rambut saya. Satu-satunya yang cukup saya senangi di usia jelang 40 ini mungkin kondisi kulit yang lebih terawat jika dibandingkan saat usia saya masih dua puluhan dulu. Hehe.

Tentunya ada banyak kisah yang mewarnai kehidupan saya dalam dua dekade terakhir. Meski mungkin kisah saya tak semenarik kisah orang-orang, saya tetap ingin menuliskannya di sini sebagai sebuah rekam jejak perjalanan saya dari awal usia dua puluhan hingga menjadi wanita dewasa di usia empat puluhan. 

Perjalanan hidup di usia dua puluhan

Usia dua puluh hingga tiga puluh bisa dibilang merupakan usia di mana saya belajar berpetualang. Di usia ini saya menjalani kuliah yang menyenangkan, patah hati hingga berkenalan dengan dunia kerja. Tak hanya itu, beberapa kisah perjalanan saya juga terekam di usia dua puluhan ini. Sayangnya saya tidak memiliki banyak foto di masa lalu karena foto-foto tersebut berada di hard disk yang kini sudah raib. Selain itu saya juga bukan tipe pribadi yang suka difoto kecuali itu untuk urusan pekerjaan. Untungnya saya masih menyimpan sedikit foto lawas di sosial media seperti facebook, jadi adalah sedikit dokumentasi perjalanan kehidupan saya dari usia 20-an hingga 30-an.


Umroh di usia 25 tahun tentunya dibiayai orang tua

Saat usia saya 25 tahun, saya cukup beruntung karena mendapat undangan dari Allah untuk mengunjungi rumahnya di kota Mekkah. Tentunya umroh ini disponsori oleh orang tua saya yang satu hari secara mendadak mengatakan kalau kami semua kecuali adik bungsu akan berangkat umroh beberapa bulan ke depan. Saya yang waktu itu masih berstatus karwayan dan bahkan tak ada niat umroh akhirnya hanya bisa menerima rezeki ini dengan sebaik-baiknya. 

Jalan-jalan ke Tenggarong usia 26 tahun

Selain umroh, saya juga sempat melakukan perjalanan ke kota Tenggarong tempat salah satu sahabat saya semasa kuliah tinggal. Perjalanan ini rencananya saya lakukan bersama seorang teman. Namun di hari H teman ini membatalkan rencananya dan saya dengan pedenya berangkat sendiri naik bus dari Banjarmasin menuju Samarinda. Sebuah perjalanan yang cukup panjang dan kemudian melahirkan sebuah cerpen yang alhamdulillah dimuat di majalah nasional.

Jalan-jalan ke Bandung usia 26 tahun

Di tahun yang sama, saya juga berkesempatan jalan-jalan ke kota Bandung bersama 2 orang teman. Perjalanan ke Bandung ini sebenarnya merupakan rangkaian dari perjalanan kami ke Sukabumi dalam rangka pernikahan seorang teman. Jadi sebelum hari H, kami bertiga bertolak dari Sukabumi menuju Bandung dan balik lagi malam harinya padahal jarak Sukabumi-Bandung ini lumayan jauh tapi kami nekat saja bolak-balik naik kendaraan umum. Dalam perjalanan ini juga saya merasakan yang namanya ketinggalan pesawat dan harus membeli tiket baru dengan harga yang cukup mahal.  


Pertama kali ke Jakarta sendirian di usia 28 tahun

Perjalanan lain yang saya lakukan di usia 20-an adalah berpetualang ke Jakarta dengan modal teman dunia maya. Sungguh tak pernah terbayang di benak saya kalau dunia blog bernama Multiply yang saya tekuni di tahun 2009 kemudian mempertemukan saya dengan teman-teman dunia maya dan berujung pada kegiatan seru bernama kopdar. Dua kali saya bertolak ke Jakarta untuk bertemu dengan teman-teman di dunia maya ini. Ada berbagai kisah juga yang hadir dalam perjalanan saya ke Jakarta dalam rangka bertemu teman-teman sesama blogger Multiply di masa itu. 

Jalan-jalan ke Batu Malang usia 29 tahun

Perjalanan hidup di usia tiga puluhan

Memasuki usia 30, ada beberapa kejadian hidup yang bermakna penting bagi saya. Momen pertama di usia tiga puluh yang saya lalui adalah ketika saya diterima bekerja di perusahaan tempat saya bekerja sekarang. Sebelumnya, saya menjalani kurang lebih 7 tahun bekerja di sebuah konsultan pengawas teknik yang lingkup pekerjaannya adalah melakukan pengawasan terhadap proyek-proyek pemerintah. Sementara untuk sekarang, saya bekerja di perusahaan daerah yang memberikan pelayanan air bersih di kota Banjarmasin.

Selain memulai karir di bidang yang baru, di usia 30-an saya juga bertemu dengan bapak-nya anak-anak. Sebenarnya sosok suami saya ini bukan orang baru dalam hidup saya. Kami sebelumnya tergabung dalam sebuah lembaga kepenulisan namun tak terlalu akrab dan jarang berinteraksi. Yah, namanya juga jodoh ya, ada saja jalan dari Allah untuk bisa mempersatukan saya dan suami dalam ikatan pernikahan dengan berbagai riak gelombangnya.

Setelah menikah, tentunya hal besar yang terjadi pada saya di usia 30-an adalah menjadi seorang ibu. Putri sulung saya lahir di tahun 2016 ketika usia saya 32 tahun dan putra ke dua lahir 3 tahun kemudian saat usia saya 35 tahun. Menjalani peran baru sebagai ibu tentulah sebuah proses yang penuh pembelajaran buat saya. Mulai dari proses menyusui yang sulit hingga juga harus belajar mengelola emosi saat menghadapi anak-anak dengan tingkah polah mereka yang jelas tidak bisa saya hadapi ala Mama Jennifer Bachdim atau Nikita Willy. 

Untuk karir dan dunia blog sendiri tentunya memiliki ceritanya tersendiri. Tahun 2024 menandai genap 10 tahun saya bekerja di perusahaan yang sekarang. Meski tidak memiliki jabatan penting dan strategis saya tetap bersyukur karena masih mendapat rezeki lewat pekerjaan ini yang bisa membantu perekonomian keluarga. Sementara untuk dunia blog, ini adalah tahun ke 7 saya berkecimpung di dunia blog yang dimonetisasi. Alhamdulillah, kalau dibilang berkembang saya cukup berkembang di bidang ini meski tidak semelesat yang lain. Blog juga bisa memberikan saya tambahan penghasilan lewat beberapa job yang saya dapatkan. 

Bagaimana dengan travelling? Setelah menikah dan beranak pinak hampir 10 tahun lamanya, jujur pengalaman travelling saya dan keluarga masih seputaran pulau Jawa. Pernah sih saya ke Makassar tapi untuk dinas kantor dan tidak benar-benar bisa mengeksplor kotannya. Pengalaman paling berkesan tentunya saat kami sekeluarga melakukan perjalanan 10 hari mengunjungi keluarga suami di Tangerang dan Kebumen di bulan Juni 2023 lalu. Alhamdulillah selain bisa mempertemukan anak-anak dengan keluarga suami kami juga sempat mengunjungi beberapa tempat wisata selama di Pulau Jawa. 



Harapan dan impian ketika life begins at fourty

Ada sebuah pepatah terkenal yang berkaitan dengan usia empat puluh yang saya yakin teman-teman juga cukup sering mendengarnya. Life begins at forty atau dalam bahasa Indonesia diartikan Hidup Dimulai di Usia 40. Saya tidak tahu siapa yang mempopulerkan ungkapan ini. Namun tentunya ada alasan mengapa di usia dewasa hidup kita seolah dimulai kembali di usia kepala empat ini.

Berdasarkan beberapa sumber yang saya baca, alasan mengapa ungkapan ini lahir dan menjadi populer adalah karena saat memasuki usia empat puluh seseorang dianggap sudah memiliki kehidupan yang stabil baik dari segi finansial maupun emosional. Pun dalam agama yang saya anut, usia 40 ini juga usia yang penting karena Nabi Muhammad Saw juga mendapat wahyu pertamanya di usia 40 tahun yang dianggap sebagai usia seseorang menjadi lebih bijaksana. 

Dalam beberapa hal, mungkin anggapan bahwa kehidupan seseorang akan stabil di usia 40 ada benarnya, terutama dalam hal kematangan berpikir. Sayangnya untuk urusan finansial, hal ini tidak berlaku bagi semua orang. Tak semua orang berhasil memiliki keuangan yang stabil di usia empat puluh atau bahkan malah masih struggling dengan keuangan mereka, termasuk saya. 

Jika merunut ke kehidupan saya selama dua puluh terakhir, jujur ada beberapa rasa penyesalan yang hadir terkait berbagai pilihan saya dalam hidup terutama dalam hal ilmu finansial. Padahal dulu saya pernah membaca sebuah buku finansial yang sangat terkenal dari Robert T. Kiyosaki namun di usia tersebut sepertinya otak saya tak cukup pintar untuk menafsirkan makna dari uang yang bekerja untuk kita seperti. Belakangan saya baru tahu kalau maksud dari kalimat tersebut adalah investasi yang sekarang sudah semakin familiar di kalangan generasi Z. 

Selain dalam hal finansial, saya juga merasa sangat kurang dalam hal pengembangan diri. Entahlah ini mungkin karena memang karakter saya yang plegmatis yang membuat saya rasanya tidak suka berlomba-lomba dengan orang lain. Nyatanya hal ini membuat saya malah lambat berkembang karena terlalu nyaman dengan kondisi yang ada. Jujur untuk hal ini saya masih benar-benar berusaha untuk bisa lebih termotivasi untuk menambah ilmu dan kualifikasi diri agar tentunya saya juga bisa lebih baik setiap harinya. 

Memasuki usia empat puluh, tentunya ada banyak harapan yang saya miliki. Sejak dulu saya selalu berharap bisa menjalani masa pensiun dan masa tua dengan nyaman tanpa merepotkan anak-anak saya. Kalau dilihat dari kondisi finansial sekarang mungkin impian tersebut masih sulit untuk dicapai. Karena itulah saya berharap di usia empat puluh ini saya bisa mengelola keuangan dengan lebih baik dan memiliki investasi yang bisa menjadi bekal untuk masa pensiun dan juga biaya pendidikan anak-anak. Selain itu pastinya juga saya berharap bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan diberikan kesehatan oleh Allah Swt. Aamiin. 



9 Comments

  1. Aamiin. Sungguh perjalanan di usia 20-an dan 30-an yang seru dan banyak lika-likunya deh Mbakku ini. MasyaAllah. Semoga di perjalanan hidup Mba yang kini mulai menjejak pada angka empat di bagian depannya, Allah SWT menghadirkan segala rupa keberkahan buat Mba dan juga keluarga ya. Aamiin.Semoga terus semangat berkarya Mbakku. Wish one day kita benar-benar bisa saling bertemu langsung. Aamiin.

    ReplyDelete
  2. wah selamat mbak. konon usia 40 itu usia rasulullah jadi rasulullah, tentu makin banyak tantangannya. tetap semangat mbak, jalani dengan lakukan yg terbaik untuk kehidupan ini

    ReplyDelete
  3. MasyaAllah, dua dekade belakangan ini penuh warna ya Mbak. Alhamdulillah masih diberi kesempatan memasuki masa 40 tahu kehidupan semoga semua harapan dan impiannya bisa terwujud satu demi satu, yang pasti diberikan kesehatan untuk bisa jalani hidup dengan lebih baik Aamiin.

    ReplyDelete
  4. Masya Allah mbak sungguh Perjalanan yang sangat panjang dan saya ikut bahagia saat membaca artikelnya semoga Allah selalu memberkahi Mbak dan keluarga dan semangat untuk ngeblok nya Mbak keren udah lama banget.

    ReplyDelete
  5. jujur saya jadi terinspirasi nih buat ikutan nulis di blog tentang perjalanan usia saya hingga saat ini. karena dengan menuliskannya bisa kita jadikan sebagai refleksi dan rekam jejak ya. nice topic mba Antung.

    oya, tuk foto di Bandung, kalo ga salah itu di halaman masjid Salman, ITB bukan ya mba?

    n selain itu saya juga baru sadar kalo saya termasuk tipe plegmatis juga ternyata haha.

    ReplyDelete
  6. Tahun ink saya juga berusia 40 tahun. Masih dalam pencaharian untuk menemukan suami. Kata orang sedikit terlambat, tapi saya percaya dengan semua rencana yang Allah berikan kepada saya. Semoga sehat selalu ya mbak

    ReplyDelete
  7. Membaca ini, aku juga berfikir kembali tentang investasi pensiun yang juga baru kumulai beberapa waktu yang lalu. Memang seolah terlambat tapi itu lebih baik. Dan tampaknya, harus lebih diusahakan kembali

    ReplyDelete
  8. Barakallahu fii umriik, ka Antung yang baik dan cantik, mashaAllaa~
    Aku seneng banget baca tulisan-tulisan ka Antung di blog karena beneran dari hati banget. Dan kalau kenal ka Antung secara langsung, kayanya gak banyak ngomong yaah..

    Semoga suatu hari nanti, ja Antung main ke Bandung lagi yaah..
    Beneran bisa kopdar nih.. hihihi~

    Sukses selalu untuk ka Antung dan keluarga kecilnya.

    ReplyDelete
Previous Post Next Post