Tak terasa 2 tahun berlalu sejak terakhir kali saya melakukan perjalanan ke luar pulau. Selama 2 tahun terakhir saya selalu bertanya kapan lagi ya bisa traveling bersama keluarga. Rencana tentu saja ada namun tak kunjung terealiasasi karena
Siapa sangka kesempatan untuk bisa traveling lagi datang dari tugas outbond perusahaan. Perusahaan tempat saya bekerja setiap tahun mengadakan outbond bagi para karyawan. Outbond yang saya ikuti kali ini merupakan outbond ke-dua setelah beberapa tahun sebelumnya mengikuti outbond di Loksado. Nah, untuk tahun ini sendiri outbond diadakan di luar pulau tepatnya di kota Malang selama 3 hari 2 malam dan diikuti sekitar 45 karyawan.
Perjalanan ke Surabaya dan Malang
Berdasarkan jadwal yang diberikan, rombongan kami seharusnya sudah berangkat dari bandara Syamsudin Noor pukul 8 pagi. Saya sendiri dan beberapa rekan kerja bahkan sudah berada di bandara sebelum subuh karena nebeng dengan panitia sementara peserta lain naik bus dari kantor pada pukul 6 pagi. Nah, begitu tiba di bandara ternyata kami mendapat info kalau penerbangan yang kami gunakan harus ditunda hingga pukul 12 siang. Jadilah selama 4 jam saya dan teman-teman yang lain menunggu di bandara hingga panggilan untuk naik pesawat terdengar. Alhamdulillah-nya sih kami dapat uang konpensasi sebesar 300 ribu rupiah.
Pesawat akhirnya lepas landas di pukul 12 siang dan tiba di Surabaya sekitar pukul 12 WIB. Padahal dalam rundown acara seharusnya di jam tersebut kami sudah dalam perjalanan menuju lokasi outbond pertama yang katanya diisi dengan rafting. Kami sempat bertanya pada panitia apakah akan tetap dilakukan rafting dan menurut panitia rafting akan tetap dilakukan begitu tiba di lokasi acara. Jujur ini menjadi pertanyaan di benak saya kenapa jadwalnya tidak diubah saja?
Sekitar pukul 12 WIB pesawat kami mendarat di bandara Juanda Surabaya. Kami menyempatkan diri untuk salah zuhur sebelum naik ke bus yang sudah menunggu untuk mengantarkan kami ke daerah Pujon tempat pembukaan outbond dilakukan. Karena sudah lewat jam makan siang maka seluruh peserta makan siang dengan menu bebek Sinjay yang sudah disediakan panitia di dalam bus. Akhirnya saya bisa merasakan langsung bebek Sinjay ini di daerah asalnya setelah biasanya cuma makan di warung yang ada di Banjarmasin.
Perjalanan menuju Pujon dari Sidoarjo sendiri memakan waktu waktu kurang lebih 2 jam perjalanan di mana di tengah perjalanan tersebut kami melewati jalan yang terdapat festival horeg. Jujur ini pertama kalinya nih saya melihat langsung soundsystem yang begitu banyak yang akan digunakan di malam harinya nanti. Para warga berkumpul di pinggir jalan sambil menunggu festival dimulai sementara kami menyaksikan dari dalam jendela bus. Kalau kata vendor sih acara akan dimulai di malam hari ketika kami dalam perjalanan pulang nanti.
Bus kemudian melaju ke Taman Kemesraan merupakan tujuan kami di Pujon. Taman Kemesraan merupakan salah satu destinasi wisata di Pujon yang dibuka tahun 2020 lalu. Salah satu ciri khas taman ini adalah adanya patung Kamajaya dan Dewi Ratih yang bisa ditemui setelah melewati jembatan gantung. Sayang sekali saya tidak sempat mengambil foto di taman ini karena lebih fokus mengambil video.
Kedatangan kami sendiri di Taman Kemesraan ini disambut dengan tarian dari 2 penari yang dengan tarian indah mereka. Lalu apakah kegiatan rafting tetap dilakukan? Nah, karena begitu tiba di lokasi ini hari sudah mulai gelap dan jelas sekali tidak mungkin melakukan aktivitas rafting di jam tersebut. Akhirnya setelah acara pembukaan, salat dan makan malam kami semua diantar menuju ke Shanaya Resort tempat seluruh peserta akan menginap selama 2 hari ke depan.
Mengunjungi Bromo

Malamnya, begitu tiba di Shanaya resort, panitia langsung mengumumkan pembagian kamar untuk seluruh peserta. Berbeda dengan outbond tahun sebelumnya di mana peserta menginap di villa dengan penghuni bisa 4-5 orang, maka tahun ini 2 orang peserta akan ditempatkan di satu rumah hobbit. Saya sendiri ternyata ditempatkan satu kamar dengan rekan kerja 1 divisi sehingga tidak perlu canggung lagi dalam berinteraksi.
Kegiatan hari ke-dua outbond adalah menuju ke Gunung Bromo yang sudah menjadi salah satu ikon wisata di Jawa Timur. Untuk bisa melakukan perjalanan ke Bromo ini, semua peserta diminta berkumpul pukul 00.30 dini hari di halaman depan hotel. Setelah semua peserta terkumpul, bus pun berangkat menuju lokasi titik kumpul (yang maaf saya tidak tahu namanya). Karena perjalanan dilakukan di tengah malam, otomatis saya pun melanjutkan tidur lagi hingga tiba di lokasi titik kumpul tempat penyedia jasa trip ke Bromo menunggu.
Sekitar pukul 02.30 kami pun tiba di tempat berkumpul. Oleh penyelenggara trip, peserta dibagi menjadi 11 kelompok dengan jumlah 5 orang yang masing-masing akan naik mobil jeep menuju ke Gunung Bromo. Saya dan 4 teman yang lain medapat urutan Jeep 11 dengan pengemudi bernama Ayah Edi.
Jujur untuk penumpang yang gampang mabuk darat seperti saya, perjalanan menuju Bromo bukanlah perjalanan yang menyenangkan. Apalagi posisinya saya duduk di belakang dan menyamping, yang menurut saya sangat berpengaruh pada risiko mabuk perjalanan. Untungnya sih perjalanan ke Bromo ini dilakukan saat masih gelap jadi saya masih bisa tidur-tidur ayam di tengah naik turunnya mobil mendaki ke Bromo.
Setelah kurang lebih 1,5 jam terantuk-antuk di Jeep, kami pun tiba di Penanjakan tempat berkumpulnya para wisatawan yang juga ingin menyaksikan sunrise di Bromo. Selain rombongan kami, tentunya ada banyak rombongan lain yang sudah siap dengan jaket tebal mereka. Sebelum menunggu sunrise, kami dipersilakan salat subuh di warung-warung yang ada di lokasi dan menyantap mie instan untuk menghangatkan tubuh. Biaya untuk wudhu dan buang air kecil di Bromo ini adalah 5000 rupiah sementara untuk harga mie instan rebus seingat saya 20 ribu rupiah.

Jelang matahari terbit, kami semua kembali diminta berkumpul dan bergerak bersama menuju tanjakan kecil tak jauh dari lokasi warung dan bersiap menunggu matahari terbit. Sudah ada wisatawan lain yang juga sudah siap dengan kamera ataupun tripod mereka demi bisa mengambil foto sunrise di Bromo. Sayangnya hari itu kami tak bisa menangkap indahnya pesona jingga matahari terbit dari Bromo karena suasanya berkabut. Namun tentunya hal tersebut tidak mengurangi kegembiraan kami semua yang tetap sibuk mengambil foto dengan berbagai gaya. Akhirnya setelah puas berfoto dan mengabadikan momen, semua peserta kembali dikumpulkan untuk menuju destinasi berikutnya yakni Lembah Widodaren.

Lembah Widodaren, Pasir Berbisik dan Bukit Teletubies

Setelah kegiatan di Penanjakan usai, peserta trip kemudian diajak turun menuju Lembah Widodaren yang letaknya tak jauh dari lokasi sebelumnya. Lembah Widodaren merupakan lembah yang berada di antara Penanjakan dengan Bukit Widodaren berupa hamparan pasir yang luas. Di lembah ini panitia membagikan sarapan berupa American Breakfast. Berhubung di lembah ini tidak ada bangunan apapun, saya memutuskan untuk tidak banyak makan karena takut kalau perut jadi bermasalah sesudahnya.

Saat kami selesai makan, beberapa pria datang dan langsung menghamparkan beberapa barang jualannya berupa kaos dan sweter untuk oleh-oleh. Tentunya hal ini menarik perhatian kami terutama para ibu yang memang rata-rata hobinya belanja ini. Dan benar saja, dalam waktu singkat beberapa lembar kaos yang digelar oleh pedagang ini dibeli oleh beberapa anggota perjalanan, termasuk juga saya. Saya juga membeli cendera mata berupa bunga Edelweis yang sudah dibentuk menjadi boneka yang dijual dengan harga 20 ribu rupiah dan juga gantungan kunci berbentuk bunga edelweis dalam botol yang dijual 10 ribu rupiah/6 botol.
Setelah acara foto-foto dan berbelanja usai, perjalanan dilanjutkan ke Pasir Berbisik. Jujur tidak banyak kegiatan yang dilakukan di sini selain berfoto ria dan jeep pun langsung berangkat lagi menuju Bukit Teletubbies. Nah, jika di Lembah Widodaren dan Pasir Berbisik tidak ada fasilitas yang tersedia, maka di Bukit Teletubbies ini saya akhirnya bisa menunaikan hajat yang sudah ditahan-tahan yakni buang air kecil. Hehe. Tarifnya sama seperti di Penanjakan yakni 5000 rupiah. Di Bukit Teletubbies kita juga bisa mengisi perut dengan makan bakso yang terdapat di sana plus juga berbelanja oleh-oleh.

Jelang makan siang, perjalanan kami di Gunung Bromo pun usai. Dengan menggunakan jeep yang sama kami pun kembali menuju ke titik kumpul pertama dini hari sebelumnya. Nah, di perjalanan pulang inilah saya mengalami mabuk darat dan isi perut mulai naik ke kerongkongan. Saya pun meminta Ayah Edy untuk menepi sejenak untuk meredakan mabuk darat dan pindah ke kursi depan bersama rekan kerja lainnya. Alhamdulillah setelah pindah ke kursi depan mabuk darat saya berkurang dan akhirnya bisa tiba di lokasi bus tanpa muntah. Perjalanan hari itu berakhir dengan acara makan siang di salah satu tempat makan dekat resort dan juga membeli oleh-oleh di Toko Brawijaya.
Itulah dia sedikit cerita tentang perjalanan saya mengunjungi Gunung Bromo. Sampai jumpa di cerita perjalanan selanjutnya!
24 Comments
Pertama dan satu-satunya kesempatan saya ke Bromo adalah sepuluh tahun lalu.. masih teringat dinginnya tangan apabila buka sarung tangan di dini hari... 😁
ReplyDeleteOh, iya.. Bunga edelweis itu dilindungi atau tidak ya...? Kyknya saya pernah baca, ada yg bilang edelweis dilindungi, tapi kok di Bromo banyak yg jual dan aman saja.... 🤔
nah saya kurang tahu juga, mas setahu saya juga bunga edelweis ini nggak boleh dipetik tapi di bromo banyak yang jualan
DeleteGunung Bromo selalu punya daya tarik tersendiri. Ceritanya bikin kangen suasana pagi di sana yang dingin tapi menyegarkan. Foto kabutnya juga memanjakan mata banget
ReplyDeleteWah keren. Kayanya aku hampir ga pernah dengar ada outbond perusahaan ke Bromo. Biasanya karena perjalanan pribadi atau keluarga aja. Sepertinya seru juga ya
ReplyDeleteSalah satu destiny yg mau ku kunjungi. Jujur belum pernah ke gunung bromo. Pengen rasain view nya, dan suasannya itu gimana yaa....
ReplyDeleteseru ya mbak apalagi kalau rame-rame sama temen kerja. Perjalanan jauh bisa dibilang lunas, meskipun posisi jeep yang kurang nyaman dan bikin mabuk darat. Gunung Bromo nggak perlu diragukan lagi kecantikannya, udah terkenal sampe ke wisatawan mancanegara.
ReplyDeletedulu aku ke Bromo waktu SMA, dan rasanya saat itu udah kapok, saking duinginn buangett. Sampe-sampe berjanji ke diri sendiri ga mau lagi ke Bromo hahaha
tapi selang beberapa tahun aku ke bukit yang nggak jauh dari Bromo, naiknya dari Kabupaten Lumajang, lupa nama bukitnya. Dinginnya ya 11-12 sama Bromo
Bromo adalah salah satu bucket list yg belum tercapai. Eh, maaf malah curhat. Entah kapan bisa ke sana
ReplyDeleteAku pernah ke Bromo. Rasanya, pingin lagi melihat sunrise yang menakjubkan di sana. Menikmati mie instan untuk menghangatkan badan di kondisi cuaca gunung Bromo yang dingin. Pasti menyenangkan sekali kan kak?
ReplyDeleteMba, kok boleh sih acara outbound kantor keluar kota dan lebih dari dua hari? Iriiii…..Di perusahaan aku dulu nggak boleh, bener-bener dibatasi jarak dan harinya. Pas baca pesawatnya delay 4 jam, aku ikutan bete… eh ternyata dikasih uang kompensasi 300rb. Bagus banget foto-foto di bromo, jernih dan emang bromo se-aesthetic itu.
ReplyDeleteMba, kok boleh sih acara outbound kantor keluar kota dan lebih dari dua hari? Iriiii…..Di perusahaan aku dulu nggak boleh, bener-bener dibatasi jarak dan harinya. Pas baca pesawatnya delay 4 jam, aku ikutan bete… eh ternyata dikasih uang kompensasi 300rb. Bagus banget foto-foto di bromo, jernih dan emang bromo se-aesthetic itu. (Maaf, komen sebelumnya lupa login)
ReplyDeleteiya alhamdulilah, mbak dari aku masuk dulu outbond-nya memang 3 hari gitu tapi nggak tahu tahun depan masih ada apa nggak
Deletebromo itu udah pengen banget dikunjungi, tapi qodarullah belum sempet sampai sekarang. adaaaa aja yang bikin ngga jadi. wekekeke.... semoga bisa segera main ke sana deh.
ReplyDeleteHeran deh yaa kenapa yaa skrg bjm sering banget delayed nya hampir semua maskapai kecuali garuda sie sptnya hehe..smg kedepannya bisa kembali diperbaiki agar gak delay2 lagi...
ReplyDeleteBtw asik ya mbaa bisa ke bromo...ini masuk salah satu wishlistku dan blm kesampean sampe skrg secara tahun kemarin suamiku juga gathering kesini sama kantor jd keliatannya gak mungkin ngajak dia kesini lg dlm waktu dekat hehe
Sebenarnya liburan kali ini kami mau ke bromo, tp ke bromo itu kalo gak rombongan rasanya emang gak seru. Akhirnya kami malah ganti tujuan ke bali dll. Trs aku yg takut ketinggian masih mikir bgt mau ke bromo
ReplyDeleteAku ke bromo tahun 2019 Dan rasanya cukup sekali deh. Kakiku balal gak sekuat dulu lagi sepertinya. Tapi seru juga bisa ke bromo bareng teman kerja waktu itu
ReplyDeleteSenangnyaaa bisa explore Bromo ya mba Antung barengan sama teman-teman...asyiik banget. Bromo udah jadi list tujuan destinasi berikutnya nih mbaa buat saya traveling nanti.
ReplyDeleteWah, pengen banget ke bromo!! Selama tinggal di Malang, malah salah satu tempat yang belum tereksplor Bromo doang. Hahahahaha...
ReplyDeleteFixed mah ini kudu colek-colek paksu biar dapat bypass ke sana. hahaha.. :D
Kira kira ada rekomendasi paket trip ke Bromo ngga Kak?
ReplyDeleteYg timnya berpengalaman. Jujur pengen bgt ke sana. Ingin pake paket wisata yg dari Jogja.
Ini ka Antung naik ke anak tangga yang bisa ngliat kawahnya, itu gak??
ReplyDeleteBromo skarang lagi adem ademnya kali yaa, ka?
Kangeeenn ke Bromo. Terakhir kali ke sana tahun 2020.. ya Allaah.. uda 5 tahun yang lalu aja nih..
Dan tujuan utama kami sebenernya pas ke Bromo tuh adalah panen durian. Hehehe~
Alhamdulillah,
Jalan ke Bromo bareng rekan kerja menjadi kenangan tersendiri yang mempererat silaturahm.
teringat pengalaman ke Bromo bbrp thn lalu. saat begkt msh gelap, santai sj di dalam jeep terombang-ambing. nah saat pulang baru lihat kanan kiri jalanan yg dilalui ..jadi deg2serr..
ReplyDeleteDaku belum pernah ke Bromo.
ReplyDeleteSekalinya diajakin sama teman waktu itu, gak jadi karena waktunya bentrok sama kerjaan huhu. Semoga pankapan bisa ke sana, aamiin
Baca ini rasanya ikut ngerasain campuran antara senangnya akhirnya bisa jalan-jalan lagi, sama rempongnya urusan teknis kayak delay pesawat. Dua tahun tanpa perjalanan ke luar pulau pasti bikin momen ini terasa lebih spesial ya, apalagi bisa bareng rekan kerja.
ReplyDeleteWah destinasi wishlist aku nih mba. Selalu menarik hati Gunung Bromo ini, ada keindahannya yang tak bisa diungkapin lewat kata".
ReplyDeleteDan selalu kalo liat orang ke sana, langsung mikir aku kesana pasti bakalan suka banget karena bisa liat langsung dan nyata dengan mata sendiri. Liat fotonya aja keren apalagi yg aslinya yaa.
Salah satu wishlist-ku nih main ke bromo. Udah lama banget pengen ke sini tapi belum kesampaian hihi qadarullah. Semoga suatu saat bisa ke bromo hehe
ReplyDelete