Bagi orang tua seperti saya, menonton serial atau film bertema remaja atau anak-anak merupakan salah satu cara untuk menambah ilmu seputar parenting. Lewat tayangan drama atau film ini, biasanya saya akan menemukan berbagai insight terkait hal-hal yang mungkin harus saya perbaiki dalam membesarkan kedua anak saya.
Salah satu serial yang cukup membuat saya kepikiran adalah drama Adolescence yang merupakan drama dari Inggris yang tayang di Netflix awal tahun 2025 ini. Drama ini merupakan sebuah drama dengan genre thriller yang melibatkan sebuah kasus pembunuhan yang menimpa seorang remaja berusia 13 tahun. Mulanya saya mengira drama ini lebih ke genre penyelidikan, eh ternyata drama ini membahas hal yang lebih dalam yakni dunia remaja dan berbagai permasalahannya.
Berikut adalah review saya untuk serial Adolescence
Review Serial Adolescence
Malam itu, kediaman keluarga Miller tiba-tiba digerebek polisi dan tanpa memberikan penjelasan apapun polisi ini langsung menangkap putra bungsu mereka yang baru berusia 13 tahun bernama Jamie. Belakangan akhirnya diketahui kalau Jamie menjadi tersangka atas pembunuhan siswa bernama Katie yang satu sekolah dengannya. Berhubung Jamie masih berusia 13 tahun, maka dalam proses penyidikan ia didampingi sang ayah sebagai pendamping.
Tentunya bukan tanpa alasan polisi langsung menangkap Jamie yang masih remaja. Rekaman CCTV menjadi bukti tak terbantahkan atas pelaku pembunuhan Katie. Yang jadi pertanyaan adalah apa motif Jamie melakukan hal tersebut? Apakah keluarganya memiliki peranan dari tindakannya? Ataukah lingkungan pergaulan dan sekolahnya?
Penonton kemudian diajak mengikuti berbagai fase dari kasus yang terjadi pada Jamie ini dalam 3 episode. Mulai dari proses wawancara polisi terhadap anak-anak di lingkungan sekolah Jamie yang ternyata sangat bobrok. Jamie bersekolah di sekolah publik yang mana bahkan guru-guru tidak bisa mengontrol kelakuan para muridnya. Di sekolah ini juga ternyata putra dari polisi yang menyelidiki kasus Jamie bersekolah. Di saat polisi ini mulai putus asa dengan hasil wawancara, eh tidak disangka sang putra yang memberi sedikit clue tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Jamie di sekolah.
Lalu pada episode selanjutnya, kita akan diajak melihat proses konseling Jamie dengan psikolog di tempat ia ditahan. Di bagian ini, penonton diajak untuk menyelami sisi psikologis Jamie yang berusaha digali oleh psikolog yang menanganinya. Psikolog bertanya tentang keluarganya, ayahnya, pandangannya tentang maskulinitas yang ternyata mampu memancing emosi dalam diri Jamie. Bisa dibilang episode ini adalah episode paling intens dari keseluruhan drama ini. Apalagi ditambah dengan akting dari pemeran Jamie yang sangat bagus membuat scwnw
Di bagian akhir, penonton kemudian dialihkan pada kehidupan keluarga Miller setelah putra bungsu mereka ditangkap dan dijadikan tersangka kasus pembunuhan. Pastinya ada banyak perubahan terjadi pada keluarga tersebut setelah peristiwa penggerebekan tersebut. Keluarga Miller yang kini tinggal bertiga harus menghadapi pandangan negatif dari para tetangga.
Di sinilah kita juga akan melihat bagaimana karakter dari sang ayah yang sangat diidolakan oleh Jamie yang ternyata memiliki masalah dalam pengendalian emosi dan reaksi yang diberikan istri dan anak perempuannya. Lewat episode akhir ini juga penonton diajak berkontemplasi bersama suami istri Miller terkait pola pengasuhan yang sudah mereka jalankan untuk kedua anak mereka.
Kesan setelah menonton drama Adolescene
Saat ditayangkan, drama seri Adolescence ini memang sukses mencuri perhatian para pecinta sinema. Premis tentang anak berusia 13 tahun yang terlibat kasus pemb*nuhan pastinya menjadi daya tarik tersendiri. Mulanya banyak yang mengira drama ini akan bercerita tentang proses penyidikan dari kasus tersebut. Ternyata lewat drama ini ada sebuah pesan terkait bagaimana faktor luar kadang bisa membuat hal buruk terjadi pada anak kita.
Saya sendiri sebagai orang tua juga pastinya mendapatkan banyak wawasan dan pandangan baru seputar pengasuhan anak di serial ini. Berikut adalah beberapa pesan yang saya:
Orang adalah panutan anak dan anak akan meniru orang tua
Sebagai anak laki-laki, Jamie sangat mengidolakan sang ayah. Di matanya, ayahnya adalah sosok yang selalu berusaha mendukung kegiatan Jamie. Sayangnya, ada satu tabiat sang ayah yang secara tidak langsung mempengaruhi Jamie yakni emosi ayahnya yang meledak-ledak. Bahkan di sesi konseling Jamie sempat menyebutkan kalau ayahnya pernah hampir membakar rumah karena emosinya.
Nah, siapa sangka emosi sang ayah yang kadang suka meledak ini juga mempengaruhi Jamie dalam bentuk bagaimana akhirnya sosok Jamie ini melakukan pembunuhan kepada salah satu siswa di sekolahnya karena merasa sakit hati dengan perlakuan siswi tersebut.
Selain rumah, lingkungan luar rumah juga menjadi faktor pembentuk karakter anak
Jika dilihat dari dari, keluarga Miller mungkin bisa dibilang sebagai sebuah keluarga Cemara di mana sosok orang tua menjadi panutan bagi anak-anaknya. Sayangnya di luar rumah, Jamie ternyata bersekolah di sekolah yang sangat bobrok. Di episode 2 bisa kita lihat bagaimana sekolah Jamie yang mana murid-muridnya sangat sulit diatur dan bahkan membangkang pada gurunya. Hal ini bisa jadi salah satu hal yang mempengaruhi psikologi anak kita
Bahaya internet dan media sosial bagi anak
Ini adalah bagian membuat saya sangat kepikiran. Sebagai orang tua, kita pastinya menyadari kalau generasi Alpha adalah generasi yang bahkan sejak bayi sudah berkenalan dengan gadget dan sosial media. Lewat drama Adolescence ini kita bisa melihat bagaimana sosial media mempengaruhi pola pikir dan pergaulan Jamie dan juga teman-temannya. Jamie bahkan menjadi korban bully lewat sosial media yang pada akhirnya memicunya untuk melakukan tindakan kriminal.
Pentingnya menjalin komunikasi yang baik dengan anak
Pesan lain yang juga disampaikan dari drama Adolescence ini adalah tentang pentingnya komunikasi dengan anak, terutama ketika sudah menginjak usia remaja. Bagi kebanyakan orang tua, salah satu tantangan terbesar ketika anak beranjak remaja adalah anak-anak ini mulai menutup diri dan sulit diajak ngobrol bareng. Ini terjadi juga pada Jamie yang di usia remaja lebih sering mengurung diri di kamarnya dan ayahnya juga sibuk sehingga tak sempat lagi mengajaknya berbicara. Akibatnya ada banyak hal yang tidak diketahui oleh orang tua Jamie terkait pergaulan Jamie di sekolah.
Selain beberapa pesan yang saya tuliskan di atas, sebenarnya masih ada banyak pesan parenting lain yang bisa didapat dari film Adolescence ini. Satu hal yang pasti, film Adolescence ini juga bisa menjad pengingat bagi kita kalau selain faktor dalam keluarga, faktor luar seperti lingkungan, pergaulan hingga media sosial juga sangat berpengaruh pada pembentukan karakter anak-anak kita.
Sebagai orang tua pastinya kita berharap anak bisa tumbuh menjadi sosok yang terpuji, bertanggung jawab dan terhindar dari masalah apapun. Kadang sebagai orang tua juga kita sudah merasa menerapkan metode parenting terbaik untuk anak-anak mereka. Namun jika terjadi hal yang berada di luar kuasa kita, haruskah orang tua yang tetap disalahkan? Entahlah.
3 Comments
Artikel ini sangat membantu, terima kasih banyak!
ReplyDeleteKebetulan saya juga sedang mencari rumah di kawasan Sayap Ciateul Bandung, dan menemukan beberapa pilihan yang menarik. Terima kasih sudah berbagi informasi, sangat bermanfaat!
Ini salah satu serial yang sudah masuk list mau kutonton weekend ini. Selalu suka dengan tema-tema film dan serial bergenre psychologi karena lumayan menguras otak dan emosi, tapi seru.
ReplyDeleteItulah kenapa didalam ajaran agama Islam pasangan suami istri ketika menghadapi masalah hingga harus "bertengkar" harus melihat sikon dan tempat. Baiknya segala hal tersebut dibicarakan berdua didalam kamar, sehingga tidak ada yang mendengar atau mengetahuinya. Terlebih anak-anak. CMIIW
ReplyDelete