Sebagai ibu bekerja, salah satu tantangan yang paling sering dihadapi seorang ibu adalah bagaimana cara membagi waktu antara bekerja dengan mengurus anak. Bagi seorang wanita, kehadiran seorang anak memang mengubah banyak sekali hal dalam kehidupan mereka terutama dalam hal prioritas. Dengan adanya keterbatasan waktu bagi seorang ibu bekerja dalam mengurus anaknya sehari-hari, mungkin akan muncul sebuah pertanyaan. Berapa idealnya jumlah anak yang dimiliki seorang ibu bekerja?
Di tempat saya bekerja sendiri, tentunya memiliki karyawan wanita yang sudah menikah dan memiliki anak. Rata-rata ibu bekerja di kantor tempat saya mencari uang ini memiliki 2 atau 3 orang anak termasuk saya yang memiliki 2 orang anak. Namun ada juga yang saking suburnya memiliki 5 orang anak dengan jarak yang cukup dekat yang jujur saya sendiri kagum dan penasaran bagaimana rekan kerja ini mengatur waktunya. Lalu ada juga salah satu rekan kerja yang katanya ingin memiliki 1 orang anak saja karena ingin fokus untuk membesarkan anaknya tersebut.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Memiliki Anak bagi Sebuah Keluarga
Dalam hal jumlah anak dalam keluarga, setiap keluarga tentunya memiliki pertimbangannya masing-masing. Ada pasangan yang berdiskusi secara mendalam terkait jumlah anak yang ingin dimiliki dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Selain itu ada juga pria yang menyerahkan sepenuhnya pada pasangannya terkait jumlah anak ini karena berpandangan hal tersebut adalah hak istri terkait tubuhnya sendiri. Dari sinilah mungkin lahir sebuah istilah child free yakni kondisi di mana seorang wanita atau keluarga memutuskan untuk tidak memiliki anak karena berbagai alasan.
Di luar dari perkara anak itu adalah hak dari Allah, di mana Dia-lah yang berkuasa memberikan anak kepada hambanya, tentunya ada faktor yang bisa menjadi dasar dari keputusan jumlah anak yang dimiliki sebuah keluarga. Beberapa faktor yang menjadi penentu dari jumlah anak dalam sebuah keluarga ini diantaranya:
Faktor Usia dan kesehatan
Di era orang tua saya dulu, seorang wanita mungkin sudah menikah di usia masih belasan dan langsung memiliki anak setelah menikah. Karena itulah tak heran jika para generasi millenial ada yang jarak usia dengan ibunya tak lebih dari 15-20 tahun. Saya sendiri dengan ibu saya memiliki jarak usia 19 tahun. Bandingkan dengan saya dan anak saya yang jarak usia kami 30 tahun. Jadi ketika di usia 30 tahun saya baru momong bayi, ibu saya di usia yang sama memiliki anak yang sudah berusia 11 tahun.
Seiring dengan perkembangan zaman, usia wanita untuk menikah memang semakin mundur sehingga tak mengherankan jika di era sekarang kita menemukan wanita yang menikah di usia 40 tahun. Tentunya jika seorang wanita menikah usia yang tak muda ini, maka risiko kehamilan juga cukup besar bagi calon ibu dan energi untuk mengasuh anak juga tak sebesar usia 20-an.
Selain faktor usia, kesehatan ibu juga menjadi pertimbangan dalam jumlah anak di keluarga. Ada beberapa jenis penyakit yang bisa membuat seorang wanita harus lebih berusaha untuk bisa hamil seperti endometriosis dan PCOS. Lalu bisa juga riwayat kelahiran sebelumnya yang berpengaruh pada kesehatan ibu dan pada akhirnya juga berpengaruh pada keputusan untuk memiliki anak kembali.
Biaya pendidikan
Alasan berikutnya sebuah keluarga membatasi jumlah anak mereka biasanya adalah masalah biaya, terutama untuk biaya pendidikan anak hingga kuliah. Seperti yang kita tahu, sekarang ini biaya pendidikan anak sudah sangat mahal. Orang tua harus benar-benar bekeja keras agar anak-anaknya bisa kuliah di sekolah yang terbaik.
Untuk tingkat Sekolah Dasar saja biayanya hampir sama dengan biaya kuliah terutama jika orang tua memilih sekolah swasta untuk anaknya. Dan konon untuk bisa menyekolahkan 1 anak hingga lulus kuliah diperlukan dana kurang lebih 1 milyar karena adanya inflasi. Bayangkan jika sebuah keluarga memiliki lebih dari 1 anak, berapa biaya yang harus mereka siapkan?
Dengan besarnya biaya pendidikan anak ini, tak heran jika ada keluarga yang memutuskan hanya memiliki 1-2 orang anak saja agar bisa memastikan uang pendidikan anak terpenuhi hingga kuliah.
Faktor psikologis
Faktor psikologis juga bisa menjadi alasan seseorang memiliki anak. Faktor psikologis di sini tidak selalu hal yang negatif, ya. Ada beberapa wanita yang secara psikologis memiliki naluri keibuan yang sangat baik sehingga mereka akan sangat bahagia jika memiliki banyak anak seperti Mama Jen Bachdim atau ibunya Gen Halilintar. Dan ada juga wanita yang setelah melahirkan sadar kalau dirinya tak cukup kompeten atau bahkan mungkin memiliki trauma dengan pengalaman hamil dan melahirkan sehingga baginya 1 atau 2 anak saja sudah cukup.
Selain itu, dukungan dari lingkungan terdekat juga bisa menjadi pemicu psikologis dari bagaimana seorang ibu membesarkan anaknya. Ibu yang memiliki dukungan dan lingkungan yang baik dan mendukung pastinya akan bisa lebih bahagia dalam membesarkan anak-anaknya dan bisa jadi berpengaruh juga pada jumlah anak yang dimiliki keluarga tersebut.
Jadi Berapa Idealnya Jumlah Anak Seorang Ibu Bekerja?
Jika ditanya berapa idealnya jumlah anak yang dimiliki ibu bekerja, tentunya hal itu tergantung kesepakatan antara ibu dan ayah sendiri. Namun satu hal yang pasti, ibu bekerja di luar rumah memiliki waktu membersamai anak yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan ibu yang berada di rumah. Hal ini tentunya juga akan mempengaruhi keputusan terkait jumlah anak yang ingin dimiliki sebuah keluarga di mana posisi ibunya adalah ibu bekerja di luar rumah.
Selain itu, ada hal-hal lain juga yang bisa menjadi pertimbangan sebelum seorang ibu menambah jumlah anak dalam keluarganya, yakni:
Perhatikan Jarak Kehamilan
Saran ini tentunya sudah cukup sering didengar oleh para ibu yang mungkin ingin menambah anaknya. WHO sendiri menganjurkan jarak kehamilan berikutnya dari seorang ibu adalah 24 bulan dari kelahiran sebelumnya. Sementara jika ibu mengalami keguguran atau aborsi yang diinduksi, maka jarak kehamilan paling optimal adalah 6 bulan.
Tentunya ada banyak alasan mengapa seorang ibu bekerja yang ingin menambah anak sebaiknya memperhatikan jarak kehamilan ini. Alasan pertama tentunya agar anak sebelumnya bisa mendapatkan hak ASI hingga 2 tahun. Selain itu, ibu juga bisa membersamai anak secara penuh dan tidak terlalu kerepotan jika bisa mengatur jarak kehamilan antara anak pertama dengan anak selanjutnya.
Pastikan Ibu Memiliki Support System yang mendukung
Bagi seorang ibu yang baru melahirkan, bisa mendapatkan lingkungan dan orang-orang yang bisa selalu mendukungnya dalam menjalani peran sebagai ibu adalah hal yang sangat berharga. Support system ini bisa berupa suami yang tak ragu untuk membantu ibu dalam mengasuh anak, dukungan dalam hal memberi ASI, hingga kehadiran pihak lain yang bisa membantu meringankan pekerjaan ibu sehari-harinya selama mengasuh anaknya.
Persiapkan Dana Pendidikan sejak Dini
Hal lain yang juga penting sekali untuk dipersiapkan bagi mereka yang akan memiliki anak adalah dana pendidikan anak. Ada banyak pilihan investasi yang bisa dipilih orang tua untuk menyiapkan dana pendidikan anak ini bisa berupa menabung emas, nabung tanah, reksadana dan juga saham. Tentunya untuk bisa menyiapkan dana pendidikan ini orang tua juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan mengelola finansial yang baik agar keuangan keluarga bisa stabil.
Itulah dia sedikit sharing saya tentang berapa jumlah anak ideal untuk ibu bekerja. Sampai jumpa di tulisan ibu bekerja lainnya!
23 Comments
Jumlah anak yang ideal dimiliki oleh setiap pasangan, memang tak bisa disamakan ya mbak. Tergantung kondisi rumah tangga dan juga kesepakatan bersama, karena memiliki dan mengurus anak bukan hanya urusan perempuan
ReplyDeleteiya, mbak. perkara punya anak ini sepatutnya jadi diskusi pasangan
DeleteMakin ke sini, semakin tua usia ibu hamil anak pertama ya. Banyak faktor yang mempengaruhi. Tiap orang akan berbeda alasannya.
ReplyDeleteJumlah anak berapa pun tergantung masing-masing. Tentu disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Yang penting amanah dalam menjaganya
iya makin ke sini perempuan makin banyak yang mikir buat nikah muda
DeleteSetuju Mak!
ReplyDeleteJumlah anak ideal ibu bekerja sangat subyektif sekali ya.
Berbeda-beda, dan kita orang luar tidak berkompeten untuk memberi penilaian.
Siape loe, ngatur-ngatur jumlah anak gue.
Yekan, Mpok.
Urus aja sendiri anak Loe!
Hihihi.
Nape ane yang sewot ye.
Cakep nih semua dalam perencanaan yang matang agar pendidikan anak tidak terbengkalai dan ibu bekerja bisa memberikan perhatian kepada anak .
ReplyDeleteIya ya
DeleteKlo semua direncanakan dengan baik, dan dilakukan secara bertanggung jawab, pasti semua akan balance
Ibu bisa sukses bekerja, anak pun bisa bertumbuh dengan baik
Perkara jumlah anak memang subyektif ya
ReplyDeleteTergantung kesepakatan masing-masing keluarga
Yg jelas harus tetap bertanggung jawab sebagai orang tua ya
Utk memjawab hal di atas bagi bundsulit memberikan jawabannta needy krn nunda suka anak² hehehe...dan Allah yg Maha Penentu. Jd selama PASUTRI bisaenjaga keharmonisa. Brp pun jumlah anak oke2 aja. Yang PASUTRI seiya sekata dlm hal apa pun kebijakan yg diambil baik oleh pasutri tsb. Bunda pny 5 anak selisih mereka 11 bln. Ops! 3 irang jd yg 2 menunggu di Sorga. Aamiin
ReplyDeleteSebenernya semua keadaan tidak ada yang bisa disebut ideal juga yaa..
ReplyDeleteKarena hidup selalu dinamis dan pastinya bebas menentukan pilihan, mau apa dan tujuannya apa.
Kalau anak dianggap sebagai "tabungan" di akherat, tentu memilih jumlah anak banyak akan menjadi pilihan utama. Tapi kembali ke kesanggupan masing-masing dan doa memohon dimudahkan sama Allah atas segalanya.
Karena bukan masalah ibu bekerja atau gak bekerja sih yaa..
Tapi lebih ke kesepakatan bersama.
Sebenarnya berapa jumlah itu tergantung juga sih, karena kalau dulu mamahku anaknya 2 tapi adik atau kakaknya lebih dari 2. Bahkan teman-temanku ada yang anaknya 3-5 tapi bekerja, dengan mengandalkan art di rumah. Tapi memang mau berapapun anaknya, tanggung jawab sebagai orang tua tidak boleh alpa.
ReplyDeleteHalo Mak. Kalau saya pribadi menyarankan semua keputusan yang diambil dilakukan dengan pertimbangan yang matang. Menjadi ibu bekerja ataupun tidak, sebaiknya tetap memperhatikan jarak kehamilan. Terima kasihs udahmenulisnya
ReplyDeleteBuat kami mungkin idealnya dua anak, tapi gak tahu nih jadi dua anak atau satu anak dulu. Financial dan kesiapan mental punya anak itu harus sehat banget, biar anak juga tumbuh dg baik.
ReplyDeleteKeren sekali punya 5 anak masih kerja. Memang butuh support system, misalnya ART. Aku baru mau hamil aja udah resign. Gak kuat ngidam sambil kerja. Punya anak itu banyak tantangannya ya.
ReplyDeleteWaaah keren banget itu yang punya 5 anak tapi masih kerja. Aku juga punya 5 anak, tapi udah resign dari kantor. Soalnya emang luar biasa banget rasanya 😄
ReplyDeleteBetul tergantung kesepakatan bapak ibu dan kemampuannya, gak hanya kemampuan finansial, tapi juga fisik dan mental. Apalagi yang namanya ibu bekerja itu bebannya kyknya plus plus yaa banyak yang dipikirin. Maka, yaaa sebaiknya mempertimbangkan banyak hal di atas sebelum memutuskan mau punya anak berapa.
ReplyDeleteMeski gak bekerja, bukan berarti gak bisa punya anak banyak
ReplyDeleteSebab balik lagi soal yang atur rezeki
Manusia memang hanya bisa berencana ini dan itu
Pengelolaan yang benar sebagai bukti effort kita diberi kenikmatan
Namun balik lagi bener bener soal jumlah anak balik ke yang kuasa
Aku langsung bayangin betapa sibuknya setiap pagi, bagi yang memiliki anak 5. Keren sekali.
ReplyDeleteIyaa Mbak. Punya anak enggak hanya mikir makannya apa tapi juga biaya sekolahnya, les, dll. Di sini rata2 malah cuma punya 1 anak.
ReplyDeleteAku juga hanya punya 1 anak padahal bukan wanita pekerja. Alasan kesehatan sih ya.
Jumlah ideal untuk anak, sebenarnya sangat subjektif sih, karena setiap orang atau setiap rumah tangga berbeda sudut pandangnya. Namun, mempersiapkan sejak dini dan memperhatikan kesehatan ibu juga biaya setelahnya adalah sikap yang cerdas dan bertanggung jawab.
ReplyDeleteBerapapun jumlah anaknya menurut saya harus dipersiapkan semua dengan sebaik-baiknya tidak hanya dalam bidang finansial tapi juga mental, spiritual, dan juga kesiapan batin.karena anak tidak minta dilahirkan tapi harus diurus dengan sebaik-baiknya sehingga bisa tumbuh kembang dengan sempurna menjadi manusia yang berguna
ReplyDeletememang ag ada patokan kalo soal begini ya mba.. krn semuanya tergantung dari pasangan tersebut dan si ibu sendiri...blm lagi faktor psikologis yg sangat berperan.. ga semua wanita ingin punya banyak anak.. mau punya 1 pun, tp kalo naluri ibunya ga ada, menurutku better cari babysitter atau ga usah punya samasekali.. krn kasian juga anaknya.
ReplyDeleteaku pribadi cukup 2... krn yg dicover oleh perusahaan hanya 3 anak... walopun 3 yg dicover biaya2 persalinana, vaksin dan berobat, tapi aku ga merasa mampu utk punya 3 anak... blm lagi biaya pendidikan yg memang tinggi banget skr ini.. lagian, dengan punya 2 anak, aku lebih bisa mengajak mereka melihat dunia2 lain di luar sana dengan budget skr. kalo ada 3, pastiny lebih mahal dan mungkin ga akan bisa terlalu sering traveling.
Merasakan bagaimana repotnya ibu bekerja dan memiliki anak, tadinya hanya mau satu saja tapi setelah 4 tahun berjalan memutuskan tambah satu lagi.
ReplyDelete