
Hari itu Yafiq, putra kedua saya,pulang lebih cepat dari jadwal seharusnya karena para guru ada kegiatan di sekolah lain. Berhubung kakaknya pulang 1 jam lebih lambat, setelah jam sekolah saya mengajak Yafiq untuk ikut saya berjalan-jalan sebentar sembari menunggu kakaknya pulang. Sayangnya putra saya itu rupanya lebih senang menunggu di sekolah sambil bermain. Akhirnya saya pun meninggalkan Yafiq bermain sendiri di lingkungan sekolahnya.
Tujuan saya hari itu adalah ke Siring Tendean yang letaknya memang tak jauh dari sekolah. Rencana saya hari itu ingin melihat pameran seni yang ada di salah satu bangunan yang ada di Siring Tendean. Jika bicara tentang tempat wisata di kota Banjarmasin, maka nama siring Tendean saat ini mungkin bisa dimasukkan ke dalamnya. Siring yang mulai dibangun sejak tahu bahwa 2008 ini sekarang menjadi tujuan warga Banjarmasin untuk menghabiskan terutama di Minggu pagi.
Salah satu alasan mengapa Siring Tendean ini populer adalah adanya wisata Pasar Terapung di setiap hari Minggu. Jika beberapa tahun lalu wisatawan yang ingin ke Pasar Terapung harus menuju ke daerah Kuin, maka sekarang aktivitas Pasar Terapung ini lebih banyak dilakukan di Siring Tendean terutama di hari Minggu. Hal ini bisa dibilang lebih memudahkan karena wisatawan tak perlu berangkat dini hari untuk bisa merasakan sensasi berbelanja di atas jukung ini.
Selain Pasar Terapung, di Siring Tendean pengunjung bisa melakukan aktivitas jalan pagi sekaligus wisata kuliner hingga bermain di area bermain anak. Ada juga wisata susur sungai yakni di mana pengunjung bisa mencoba naik kelotok untuk menyusuri sungai Martapura dengan biaya 10 ribu per orang atau malah sekalian ke Pulau Kembang dengan biaya 35 ribu per orang.

Nah, berhubung tujuan awal saya adalah ingin melihat pameran budaya, maka kali ini saya putuskan untuk mengunjungi beberapa bangunan yang ada di Siring Tendean ini.
Rumah Anno 1925
Rumah Anno 1925 menjadi tujuan pertama saya untuk dikunjungi hari itu karena setahu saya ada pameran di sana. Sayangnya ternyata pamerannya sudah usai jadilah saya hanya bisa melihat-lihat koleksi yang ada di Rumah Anno ini. Rumah Anno 1925 ini sebelumnya merupakan sebuah bangunan tua di masa penjajahan Belanda yang direnovasi pada tahun 2015 lalu tanpa mengubah bentuk aslinya. Di tahun 2025 ini, Rumah Anno difungsikan sebagai Banjarmasin Culture Hub yang nantinya akan menjadi ruang berkumpul yang menyatukan berbagai unsur seni, budaya dan komunitas kreatif.
Begitu memasuki bangunan Rumah Anno, saya disambut oleh beberapa petugas yang bertugas menerima tamu. Sebelum memasuki ruangan saya diminta mengisi buku tamu terlebih dahulu. Pagi itu hanya ada saya dan 3 orang pengunjung lain yang saya lihat sedang memegang beberapa contoh pakaian Banjar yang dipasang di salah satu sudut ruangan.
Bagian dalam Rumah Anno ini sendiri memamerkan berbagai koleksi khas Kalimantan Selatan. Di bagian depan ada pelaminan khas Banjar yang biasanya digunakan saat acara pernikahan. Lalu ada juga etalase miniatur berbagai jenis rumah adat Banjar. Berikutnya ada juga koleksi kain sasirangan dengan berbagai motifnya dan juga pakaian adat Banjar. Berhubung koleksi yang ditampilkan juga tak terlalu banyak, saya hanya menghabiskan waktu beberapa menit di dalam ruangan sambil tentunya mengabadikan beberapa foto.
Perpustakaan Kota Banjarmasin
Bangunan berikutnya yang saya kunjungi adalah perpustakaan Kota Banjarmasin yang lokasinya tepat di samping Rumah Anno. Bangunan perpusatakaan Kota Banjarmasin ini sebelumnya adalah rumah Banjar dan setahu saya memang baru saja difungsikan menjadi perpustakaan. Ukuran bangunannya tidak terlalu besar dan pintunya selalu tertutup. Jadi untuk mengetahui apakah perpustakaan buka atau tidak bisa dilihat dari pengumuman yang ada di depan pintu.
Begitu memasuki perpustakaan, saya langsung disambut 2 petugas perpustakaan yang siap melayani para pengunjung. Berhubung saya sudah memiliki kartu perpustakaan daerah, saya pun bertanya apakah saya bisa menggunakan kartu tersebut untuk meminjam buku di perpustakaan kota? Ternyata perpustakaan kota ini berbeda dengan perpustakaan daerah yang ada di km 6 dan saya harus membuat kartu lagi jika ingin meminjam buku.
Sebelum meminjam buku saya putuskan melihat-lihat dulu koleksi buku yang ada di perpusatakaan Kota ini terlebih dahulu. Mengingat ukuran bangunannya yang tidak terlalu besar, maka bisa dipastikan koleksi bukunya juga tidak terlalu banyak. Dari yang saya lihat, tidak banyak buku anak di perpustakaan kota ini. Namun berita baiknya, ada beberapa novel yang sudah lama menjadi incaran dan tanpa pikir panjang saya pun langsung membuat kartu anggota agar bisa meminjam buku tersebut.
Untuk peminjaman buku sendiri, anggota diperbolehkan meminjam 3 buku dengan masa peminjaman selama 1 minggu di jika ingin memperpanjang masa peminjaman bisa dilakukan lewat whatsapp jadi tidak perlu datang perpustakaan. Untuk jam bukanya sendiri, perpustakaan kota Banjarmasin yang ada di Siring Tendean ini buka dari hari Senin-Minggu dengan jam kerja 08.30-16.00 untuk hari Senin. 08.00-16.00 untuk hari Selasa-Kamis, 08.30-11.00 untuk hari Jum'at dan pukul 07.00-11.00 wita di hari Sabtu-Minggu.
Menara Pandang
Setelah berhasil meminjam 1 buku di Perpustakaan Kota Banjarmasin, langkah saya selanjutnya adalah Menara Pandang yang letaknya juga bersisian dengan Perpustakaan Kota Banjarmasin. Menara Pandang ini merupakan sebuah bangunan dengan 3 lantai dengan 2 menara yang menjadikannya sebagai salah satu landmark kota Banjarmasin. Bagian lantai 1 biasanya lebih difungsikan sebagai tempat berkumpul para pengunjung. Lalu di Lantai 2 ada galeri foto dari Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Banjarmasin, di lantai 3 sekarang terdapat cafe dan di bagian rooftop pengunjung bisa menikmati pemandangan kota Banjarmasin dari atas Menara Pandang.

Kunjungan saya kali ini sendiri merupakan pertama kalinya saya mencoba lift dan tangga di Menara Pandang setelah sebelumnya hanya menjelajahi bagian lantai dasarnya. Untuk bisa melihat koleksi foto yang ada di Galeri Bungas ini pengunjung ternyata hanya bisa menggunakan tangga yang terletak di bagian samping bangunan dengan dengan toilet. Begitu memasuki ruangan, lagi-lagi saya disambut beberapa petugas dan diminta mengisi buku tamu.

Untuk koleksi foto yang dipamerkan sendiri juga tidak terlalu banyak di mana di sisi kanan terdapat foto beberapa landmark kota Banjarmasin dan beberapa foto lain terkait kota Banjarmasin. Sementara untuk sisi kiri memajang foto berbagai makanan khas Kalimantan Selatan seperti mandai, kue lam, kalangkala, tarap dan berbagai masakan khas lainnya. Jujur untuk sebuah galeri foto, koleksi foto di ruangan ini sangat sedikit. Mungkin ke depannya pihak pemerintah Kota bisa lebih mensosialisasikan Galeri Bungas ini kepada masyarakat sehingga pengunjungnya semakin banyak.
Karena keterbatasan waktu, saya putuskan untuk tidak mencoba kafe di lantai 3 ataupun ke bagian rooftop. Mungkin jika ada kesempatan saya akan mengajak anak-anak dan suami untuk menikmati pemandangan Banjarmasin dari rooftop Menara Pandang ini.
Nah, demikian sedikit cerita perjalanan saya menjelajahi salah satu sudut kota Banjarmasin. Semoga bisa menjadi referensi bagi teman-teman yang ingin berkunjung ke Kota Seribu Sungai ini. Sampai jumpa di cerita perjalanan selanjutnya!
Baca Juga
1 Comments
Kalau mbak Yana bilang kawasan Siring Tendean ini rame di Minggu, wajar banget, secakep itu tempatnya dan enak banget untuk dipake lari haha (dan keliatan di foto atas juga ada cewek yang pake baju olahraga ya). Ya ampun aku pengen banget ke Banjarmasin. Bahkan dari sederet kota lain di Kalimantan, Banjarmasin ini berada di jajaran atasnya. Banguanan-bangunannya cakep, walau sayang perpusatakaannya sepi ya -as usual >.<
ReplyDelete