Mengenal Teknologi AI Credit Scoring untuk Pendanaan UMKM


Saat membaca buku The Psychology of Money, saya baru sadar kalau cara orang berinvestasi itu tergantung dari era hidup mereka. Sebagai generasi milenial, saya mungkin hanya tahu investasi dalam bentuk tabungan, tanah, deposito dan emas yang memang di masa itu lebih sering digunakan sebagai pilihan investasi. Lain halnya dengan generasi Z yang sekarang memiliki lebih banyak pilihan untuk berinvestasi di luar tanah dan emas mulai dari Reksadana, saham hingga juga kripto yang mulai booming sejak masa pandemi lalu. 

Pilihan untuk berinvestasi juga ditentukan profil risiko yang dimiliki seseorang. Mereka yang memiliki profil risiko rendah biasanya akan lebih memilih investasi yang cenderung aman seperti emas atau reksadana pasar uang. Sebaliknya, mereka yang memiliki profil risiko tinggi akan lebih berani dalam berinvestasi baik dari segi uang yang dikeluarkan dan juga keuntungan yang didapatkan

Selain produk-produk investasi seperti reksadana dan saham, ada 1 lagi bentuk produk investasi dengan profil risiko cukup tinggi yang bisa dicoba oleh generasi milenial. Investasi ini bernama P2P Lending yang merupakan sebuah investasi dalam bentuk pemberian modal kepada pelaku usaha mikro melalui platform online yang menghubungkan peminjam langsung kepada investor. 

Salah satu kelebihan dari P2P Lending ini adalah memudahkan pelaku usaha dalam mendapatkan akses permodalan UMKM tanpa harus meminjam ke bank. Bagi pemberi modal juga akan diuntungkan dari sistem bagi hasil yang didapat dari usaha yang dijalankan oleh UMKM yang didanai tersebut. 


Mengenal credit score sebagai syarat memperoleh pendanaan

Untuk bisa mendapatkan investor, tentunya ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebuah usaha atau UMKM. Salah satu persyaratan yang diperlukan saat mengajukan permohonan modal adalah adanya credit score. Credit Score adalah sebuah sistem yang ditetapkan oleh lembaga pembiayaan untuk menilai kelayakan peminjam saat melakukan peminjaman. 

Hal-hal yang dinilai dari credit scoring ini diantaranya pekerjaan, status perkawinan, usia dan lain sebagainya. Selain itu pihak pemberi dana akan menganalisis riwayat transaksi peminjam seperti ketaatan membayar cicilan, seberapa banyak kredit yang dimiliki dan yang lainnya. Hasil akhir dari penilaian ini akan menentukan peminjam layak mendapat suntikan dana atau tidak. 

Biasanya untuk melakukan analisa terhadap credit scoring ini pihak pemberi dana akan melakukannya secara manual. Namun berkat teknologi sekarang, penilaian credit scoring sudah bisa dilakukan dengan bantuan teknologi AI yang sekarang memang sudah digunakan di berbagai bidang termasuk dunia ekonomi finansial yang pastinya semakin memudahkan dalam berbagai urusan seperti membuka rekening haji, misalnya. 

Salah satu fintech yang kini sudah memanfaatkan teknologi AI untuk menentukan credit scoring mitranya adalah Amartha. Amartha merupakan salah satu penyedia jasa P2P lending yang memiliki misi mewujudkan kesejahteraan bersama lewat pembangunan infrastruktur keuangan digital bagi ekonomi akar rumput. Berdiri sejak 2010, Amartha hadir sebagai microfinance untuk menghubungkan usaha mikro pedesaan yang dijalankan oleh para perempuan tangguh dengan akses permodalan terjangkau.

Di tahun 2022, Amartha merilis ascore.id, yakni layanan credit scoring yang memanfaatkan teknologi machine learning dalam mengukur profil risiko. Ascore.ai juga memanfaatkan teknologi artificial Intelligence untuk menghasilkan:

  • output nilai risiko
  • Perhitungan bunga pinjaman
  • Pengolahan data
  • Keputusan-keputusan yang berpengaruh pada bisnis (credit decisioning)
Tak hanya untuk mengetahui credit scoring dari UMKM yang memerlukan dana, pihak UMKM juga bisa memanfaatkan fitur di Ascore.ai untuk mengetahui nilai profil risiko dan simulasi credit scoring mereka lewat layanan verifikasi risiko, credit underwriting, advance credit analysis dan pengecekan kredit nasabah. 

Dengan kehadiran Ascore.ai ini diharapkan Amartha bisa menjangkau lebih banyak kalangan yang memerlukan tambahan modal untuk usahanya ataupun pendanaan untuk hal lainnya. 

Baca Juga
Reactions

Post a Comment

1 Comments

  1. Bener banget mbak, saya juga sering dinasihati dengan konotasi negatif kalau udh ngomongin soal saham. Tapi kan skrg sudah semakin maju, misal ada lembaga sperti amarta yg ramah UMKM dan ramah investor juga, mau invest jadi lebih aman.

    Nice article, btw

    ReplyDelete