"Bu Antung, nanti bisa ya ikut pelatihan di Jakarta akhir bulan ini," begitu kata manajer saya pada tahun 2023 lalu. Saat itu posisinya adalah akhir tahun dan ternyata jadwal pelatihan tersebut berbarengan dengan jadwal ulangan semester Yumna putri sulung saya. Sebelum menyetujui tawaran dari manajer, saya bertanya pada suami apakah bisa menjaga Yumna dan adiknya selama beberapa hari sementara saya ikut pelatihan. Alhamdulillah suami ternyata juga tidak ada jadwal di tanggal tersebut sehingga saya pun bisa menerima tugas luar kota dengan hati lapang.
Bagi ibu bekerja, dan pastinya karyawan lainnya, dinas luar kota merupakan sebuah kesempatan yang menyenangkan. Selain bisa menambah ilmu dan kualitas diri, dinas luar kota juga bisa menjadi sarana refreshing sekaligus traveling bagi karyawan tersebut. Tentunya untuk agenda travelling ini dilakukan setelah tugas yang diemban diselesaikan dong yaa.
Di lain pihak, dinas luar kota sebenarnya juga menimbulkan dilema tersendiri bagi ibu. Terutama jika ibu memiliki anak berusia balita atau bahkan bayi yang pastinya masih sangat bergantung pada ibunya. Ibu menyusui setidaknya harus menyiapkan stok ASIP yang cukup selama pergi ke luar kota. Selain itu, ibu juga tetap harus pumping secara rutin agar produksi ASI tidak menurun selama berada di luar kota.
Tak ibu menyusui, ibu yang anaknya sudah balita juga kadang menghadapi tantangannya masing-masing jika harus dinas ke luar kota. Berbeda dengan bayi yang harus disiapkan stok ASI-nya, balita sudah cukup mengerti kalau ibunya pergi ke luar rumah untuk bekerja. Jadi jika ibu akan pergi ke luar rumah tidak mengenakan pakaian kerja, maka balita mungkin tidak akan mengizinkan ibu pergi atau merengek ingin ikut. Jadilah beberapa ibu bekerja dinas luar kota dengan mengenakan pakaian kerjanya agar anak tidak rewel ditinggalkan ibu.
Pengalaman Mengajak Anak Dinas ke Luar Kota
Selama masa kerja saya di perusahaan sekarang, sebenarnya tak banyak momen di mana saya harus dinas ke luar kota. Pengalaman dinas luar kota saya yang pertama adalah ketika Yumna berusia 8 bulan. Waktu itu saya mendapat tugas untuk menjadi salah satu perwakilan kantor untuk acara pameran di kota Makassar. Mulanya saya agak ragu untuk bisa mengikuti acara ini mengingat status saya yang masih ibu menyusui. Apalagi saat itu saya juga tak memiliki stok ASIP yang cukup untuk diberikan pada Yumna jika saya ke luar kota. Namun jika tugas ditolak bisa jadi akan mengurangi nilai saya di mata perusahaan.
Saya pun mencoba bertanya pada bagian personalia apakah saya boleh membawa putri saya untuk tugas tersebut. Alasan saya menanyakan hal ini karena setahu saya ada beberapa rekan kerja juga yang membawa serta anaknya saat harus dinas luar kota. Tentunya karyawan ini harus menanggung sendiri biaya membawa serta bayi dan pengasuhnya. Alhamdulillah ternyata saya diizinkan untuk membawa putri saya serta suami yang nantinya akan menjaga Yumna selama saya bertugas.
Tugas saya selama acara pameran sendiri sangat mudah, yakni bergantian bersama dengan karyawan lain menjaga stand perusahaan di acara pameran bersama perusahaan lain yang bergerak di bidang penyediaan air bersih dan yang sejenis. Selain menjaga stand, saya juga ditugaskan untuk mengikuti seminar yang diadakan di hotel tempat acara pameran diadakan. Dan berhubung kegiatan yang diikuti ini waktunya tidak terlalu ketat alhamdulillah saya masih bisa menyempatkan diri untuk pumping dan menyusui Yumna di sela-sela tugas. Suami sendiri pastinya kebagian tugas menjaga Yumna ketika saya bertugas menjaga stand pameran.
Nah, salah satu kesulitan yang saya hadapi saat membawa Yumna ikut dinas ke luar kota adalah adalah urusan MPASI Yumna. Saat Yumna masih bayi dulu, saya termasuk tim yang MPASI anak harus dibuat sendiri dan tidak menggunakan MPASI instan plus tanpa gula garam juga. Jadi, selama berada di Makassar saya membawa slowcooker dan sedikit beras untuk dijadikan bubur. Nyatanya selama di luar kota tersebut Yumna GTM dan menolak makan bubur bikinan saya. Tak hanya bubur, Yumna juga menolak makanan lain yang saya berikan saat sarapan di hotel. Jadi otomatis selama berada di luar kota Yumna lebih sering minum ASIP atau langsung menyusu dari pabriknya.
Hal-hal yang Perlu Dipersiapkan Ketika Ibu Harus Dinas ke Luar Kota
Saat akan melakukan perjalanan dinas ke luar kota, pastinya ada beberapa hal yang harus disiapkan ibu bekerja. Selain persiapan berupa pakaian atau dokumen yang harus dibawa saat dinas luar kota, ibu juga pastinya harus mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan peralihan tanggung jawab urusan rumah baik kepada suami ataupun asisten rumah tangga. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan ketika ibu harus dinas ke luar kota ini diantaranya:
Support system baik keluarga ataupun asisten rumah tangga
Hal pertama yang pastinya harus disiapkan ibu sebelum dinas luar kota adalah support system yang bisa menggantikan peran ibu selama tidak ada di rumah entah itu suami, kerabat, maupun asisten rumah tangga yang dimiliki. Jika suami bekerja maka ibu sebaiknya memastikan di jadwal tersebut suami juga tidak memiliki jadwal ke luar kota sehingga bisa tetap membersamai anak terutama di malam hari.
Jika anak masih berusia balita, maka daycare atau pengasuh anak merupakan support system yang bisa menjadi penolong ibu dalam mengasuh anak selama ibu dinas ke luar kota dan ayahnya bekerja. Selain suami dan asisten rumah tangga/pengasuh anak, bantuan support system dari keluarga seperti nenek juga bisa menjadi pilihan namun tentunya ibu juga harus memperhatikan apakah nenek dan kakek ini memang dalam kondisi bisa dititipi cucu saat ibunya ke luar kota.
Memberitahukan jadwal anak pada suami dan mempersiapkan kebutuhan anak selama ibu pergi
Mau tidak mau kadang kita harus mengakui kalau tidak semua suami dan ayah tahu jadwal anak-anaknya. Tidak semua keluarga memiliki pola pengasuhan seimbang di mana baik ayah ataupun ibu sama-sama memiliki kesadaran akan pentingnya mengasuh anak bersama, bukan hanya ibu yang bertanggung jawab. Sistem patriarki di negara ini membuat ayah biasanya hanya berurusan dengan pekerjaan utamanya sebagai pencari nafkah. Beberapa ayah cukup dekat dengan anak namun tetap kelimpungan jika harus mengurus anak sendiri.
Nah, jika kondisinya seperti ini tentunya ibu wajib memberitahukan secara rinci terkait jadwal anak mulai dari jadwal sekolah, jadwal les, bahkan mungkin menu yang harus dipersiapkan untuk anak sekolah kepada suami. Pakaian sekolah anak juga bisa disiapkan sesuai dengan jadwal sekolah sehingga baik anak maupun suami tidak kebingungan di pagi hari.
Menginformasikan dengan jelas tujuan ibu dinas luar kota
Jika anak sudah berusia sekolah, maka pastinya akan lebih baik jika ibu menginformasikan dengan jelas tugas dinas yang harus dijalankan ini kepada anak. Berdasakan pengalaman saya sendiri, anak-anak yang sudah berusia 5 tahun
ke atas bisa diberi penjelasan terkait dinas luar kota ini. Ibu bisa menginformasikan beberapa hari sebelum pergi ke luar kota terkait kota yang akan dikunjungi dan berapa lama dinas yang ibu jalankan. Dengan memberikan informasi yang jelas kepada anak ini pastinya juga membuat anak lebih tenang saat ditinggal dinas dan bisa mempersiapkan diri selama ibu pergi ke luar kota.
Saya sendiri terakhir kali dinas luar kota adalah ketika mengikuti outbond ke Bromo di bulan Juni lalu. Alhamdulillah anak-anak cukup mengerti saat saya kabarkan kalau ibunya harus ke luar kota selama beberapa hari meski si sulung sempat ngambek karena ketika saya berangkat ia tidak dibangunkan. Hanya saja memang selama berada di luar kota Yumna selalu menghubungi saya untuk menanyakan lokasi ibu di mana.
Itulah dia sedikit cerita dan tips yang bisa saya bagikan terkait ibu bekerja yang harus dinas luar kota. Ibu-ibu yang lain ada pengalaman seru nggak soal dinas luar kota ini?
Baca Juga
4 Comments
Nggak mudah bagi seorang ibu bekerja dan harus dinas ke luar kota. Apalagi kalau anaknya masih ASI dan MPASI. Kudu banget kuat support systemnya. Beruntungnya kakak, suami mau membantu bahkan ikut kakak dinas luar kota demi menjaga Yumna.
ReplyDeleteDilema sebagai wanita karir saat harus dinas di luar kota ya. Di satu sisi ada tugas dari kantor tapi di sisi lain harus meninggalkan anak selama beberapa hari. Kangen jadinya. Tapi Alhamdulillah ada support system terbesar Mbak Ayana yaitu suami. Jadi bisa bagi tugas dalam mengasuh anak untuk sementara. Semoga lancar terus kerjaannya ya.
ReplyDeleteBahas tentang persiapan ibu sebelum dinas ke luar kora, aku langsung teringat sama Mama deh, Mba. Ketika dapat tugas dinas ke ibukota provinsi, langsung deh tuh beliau pulang kantor auto belanja lebih banyak. Masak menu yang anak-anaknya tinggal goreng atau hangatkan saja, saking maunya anaknya tetap makan sehat selama beberapa hari ditinggal di rumah. Sementara aku saat ini, belum pernah menciipi sensasi harus kerja ke luar kota beberapa waktu dan meninggalkan pasukan kecilku di rumah. Bisa jadi aku akan bertindak seperti Mba juga, bawa anak. Atau seperti mamaku, menyiapkan segala rupanya, memastikan anak-anak isa tetap nyaman sepanjang ditinggal kerja sebentar.
ReplyDeleteSebagai ibu rumah tangga yang belum pernah bekerja, tulisan Mbak Antung membuka pandangan saya. Ternyata menjadi ibu dan menjalani karir bisa dilakukan selama didukung support system yang memadai. Terutama kalau harus dinas ke luar kota seperti ini. Memang diperlukan persiapan dan usaha lebih untuk memastikan anak-anak nyaman ketika ditinggal. Selama semua kebutuhan terpenuhi, ibu bekerja juga bisa menjalani tugas kerjanya dengan tenang :)
ReplyDelete