Perubahan Lingkungan Rumah setelah 6 Tahun Pindah


Tak terasa sudah 6 tahun saya dan keluarga menempati rumah kami sekarang. Saya ingat sekali kami resmi tinggal di rumah ini saat bulan Ramadan di usia Yumna yang 1,5 tahun. Di kala itu, rumah ini bahkan masih dalam tahap penyelesaian penambahan kamar mandi dan dapur. Lantai rumah masih belum dikeramik dan halaman depan juga belum diurug. Di malam pertama Ramadan, saya dan keluarga resmi berpindah dari kediaman ibu saya ke rumah sendiri.

Di masa-masa awal kami tinggal di rumah yang sekarang, jujur merupakan masa yang cukup berat. Perumahan yang saya tempati merupakan komplek perumahan baru yang berada di pinggiran kota yang masih terdapat sawah di sekitarnya. Penduduknya rata-rata bekerja di sawah yang memang ada di sepanjang jalan. Bahkan nama tempatnya juga masih desa walaupun sebenarnya lokasinya tak jauh dari pusat kota. Tak banyak penghuni komplek karena ini adalah perumahan baru dan lokasi sekitar rumah juga sangat panas. 

Bagi saya pribadi, hal yang paling memberatkan di masa-masa awal tinggal di rumah sekarang adalah kondisi jalan yang sangat memprihatinkan. Sebenarnya jalan umum untuk desa tempat saya tinggal sudah diaspal. Namun karena di wilayah tersebut sedang ada pembangunan perumahan, maka jalan beraspal yang sudah agak berlubang itu semakin parah saja jalannya. Tambahan lagi jarak antara rumah saya ke jalan raya itu 2 km dan sepanjang 2 km itulah jalannya rusak. Duh, pegal sekali rasanya naik motor setiap harinya.

Tak hanya masalah jalan yang rusak, hal lain yang kerap saya keluhkan adalah jauhnya lokasi rumah dari pasar dan tidak ada warung makan di sekitar rumah. Ada sih tukang sayur yang lewat namun kadang saya tidak puas dengan jualannya. Saya sampai kerap bertanya ini penduduk sini semuanya pada rajin masak dan beli sayur di mana kalau nggak ada yang jual sayur gini? Hehe maklum sewaktu tinggal di rumah ibu saya dulu, pasar jaraknya hanya 100 meter dari rumah dan mudah sekali mencari warung makan karena memang lokasinya di kota.

Perubahan lingkungan tempat tinggal setelah 6 tahun

Seperti yang kita tahu, wabah Corona yang terjadi tahun 2020 lalu mengubah hidup banyak orang. Banyak sekali orang-orang yang harus kehilangan pekerjaan di masa pandemi tersebut. Hal ini juga lambat laun membawa perubahan di komplek saya tinggal. Di masa Covid inilah kemudian muncullah penjual ikan di dekat rumah yang sangat membantu saya di masa WFH dulu. Penjual ikan ini sendiri awalnya adalah karyawan yang dirumahkan saat Corona melanda. 

Setelah Corona usai, perubahan mulai semakin banyak terjadi di lingkungan tempat saya tinggal. Anak-anak yang saat kami pindah masih berusia 1 tahun kini sudah mulai masuk sekolah. Mereka yang saat pindah anaknya masih 1 sekarang sudah bertambah jadi 2 atau 3. Jumlah perumahan pun semakin meningkat di sepanjang jalan desa. Ini artinya juga lahan sawah yang ada semakin berkurang karena digunakan untuk perumahan. Berikut adalah berbagai perubahan yang terjadi di kawasan tempat saya tinggal selama 6 tahun terakhir:

Jalan sudah diaspal

Awal-awal saya tinggal di lokasi yang sekarang, jalan desa menuju komplek kami tinggal masih berupa tanah biasa yang aspalnya sudah rusak akibat seringnya mobil truk bolak-balik balik masuk untuk membangun perumahan. Selama beberapa tahun saya harus melewati 2 km jalan yang rusak dan rasanya sungguh melelahkan. 

Alhamdulillah kurang lebih 2 tahun yang lalu setelah Corona usai akhirnya dilakukan pengaspalan jalan rusak tersebut. Ini membuat perjalanan dari rumah menuju jalan raya terasa lebih cepat karena jalannya mulus. Saya tak perlu lagi menghabiskan 10 menit hanya untuk bisa tiba ke jalan raya dan tak perlu membatin setiap kali membawa motor ke kantor. Hehe. 

Sudah ada penjual ikan dan sayur di dekat rumah

Salah satu harapan terbesar saya setelah pindah ke rumah sekarang adalah ada penjual ikan dan sayur di dekat rumah jadi tak perlu berkendara menuju pasar terdekat yang jaraknya 4 km. Meski sebenarnya untuk urusan membeli ikan dan sayur biasa saya lakukan saat bekerja, saya tetap merasa perlu penjual ikan dan sayur dekat rumah terutama di hari libur. Dan alhamdulillah saat ini sudah ada 2 penjual ikan di dekat rumah dan 3 penjual sayur di jalan desa yang membuat saya tak pusing lagi jika hari libur tiba. 

Air ledeng sudah lancar

Ketersediaan air bersih merupakan hal yang sangat krusial di perumahan terutama jika tanahnya gambut seperti di Banjarmasin. Karena itulah warga sangat bergantung pada perusahaan air minum untuk keperluan sehari-hari. Sayangnya kadang layanan air bersih ini tidak bisa menjangkau secara maksimal di beberapa wilayah karena berbagai alasan. 

Hal itulah yang saya rasakan di tahun-tahun pertama tinggal di lingkungan yang sekarang. Air mengalir dengan tekanan yang sangat minim sehingga kadang untuk mandi pun sulit mengingat kam tidak menggunakan tandon air. Bahkan pernah terjadi perbaikan kebocoran pipa selama 10 hari yang artinya kami tidak mendapat air bersih selama 10 hari. Asli suami sampai menampung air hujan agar kami bisa mandi dan saya memilih mengungsi ke rumah ibu di masa itu. 

Untungnya sekarang hal tersebut sudah tidak kami rasakan lagi. Air ledeng sekarang mengalir dengan lancar setiap harinya sehingga saya bahkan bisa mencuci pakaian di siang hari. Beberapa kali memang terjadi kebocoran pipa namun alhamdulillah perbaikannya tidak terlalu lama lagi. 

Perumahan semakin banyak

Awal saya tinggal di tempat yang sekarang, jumlah perumahan yang dibangun setahu saya hanya 3 perumahan. Enam tahun berselang, sekarang sudah ada hampir 10 perumahan di sekitar saya dan masih terus dibangun. Memang saat ini sepertinya minat masyarakat untuk membeli rumah di tempat saya tinggal semakin tinggi dan tebakan saya penghuni perumahan di sini kebanyakan adalah warga Banjarmasin yang memilih membeli rumah di pinggiran kota mengingat kalau membeli rumah di Banjarmasin sekarang tanahnya sangat sedikit sementara di tempat saya masih sedikit lebih luas tanahnya.

Sudah ada dokter dan apotek

Salah satu hal yang juga sangat saya syukuri adalah sekarang di desa tempat saya tinggal sudah ada praktir dokter dan apotek. Dulu sering banget kepikiran kalau misalnya sakit dan harus ke dokter jaraknya lumayan jauh. Alhamdulillah sejak akhir tahun lalu sudah ada praktik dokter dan apotek di salah satu perumahan yang jaraknya kurang lebih 1 km dari rumah tempat kami tinggal. 

Warung-warung dan kuliner bermunculan

Seiring dengan bertambahnya populasi penduduk di kawasan tempat saya tinggal, tentunya membuka peluang baru bagi penduduk asli. Jika saat saya baru pindah dulu hanya ada 1-2 warung atau toko kelontong, maka sekarang setiap 100 meter rasanya saya bertemu dengan toko kelontong. Bahkan ada yang posisinya berhadapan. 

Tak hanya itu, penjual kuliner juga mulai bertambah di sepanjang jalan desa. Ada penjual donat yang tiap hari selalu diserbu pembeli, penjual sayur masak, minuman kekinian dan juga seblak. Alhamdulillah kalau lagi malas masak masih ada pilihan makan di luar sekarang ketimbang dulu.

Sudah ada bengkel

Bengkel juga menjadi salah satu layanan jasa yang mulai bermunculan di sepanjang jalan menuju ke rumah kami dan juga di dalam komplek. Dulu rasanya hanya ada 1 bengkel kecil di pinggir jalan. Sekarang bengkelnya sudah berpindah tempat ke lokasi baru dan bahkan tak jauh dari bengkel tersebut juga ada sebuah bengkel lainnya. 

Untuk dalam komplek sendiri, suami sedang memulai usaha baru di bidang perbengkelan yang memang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Harapan kami, bengkel ini bisa menjadi sebuah usaha yang berkembang dan menjadi sumber pencarian baru selain gaji saya selama bekerja. 

Demikian sedikit cerita tentang perubahan yang terjadi di lingkungan tempat tinggal saya setelah 6 tahun kami menempati. Saya cukup optimis ke depannya lingkungan ini akan semakin berkembang mengingat lokasinya juga sebenarnya masih dekat dengan pusat kota dan akan ada banyak pembangunan di sepanjang jalan utama. Sampai jumpa di cerita selanjutnya yaa! 


Baca Juga
Reactions

Post a Comment

12 Comments

  1. Subhanallah perjuangannya waktu baru pindah rumah benar-benar sedang survival mode. Syukurlah sekarang sebagian besar fasilitas sudah tersedia, ya. Nggak kebayang kalau harus ngulangin 10 hari nggak bisa mandi 😬

    ReplyDelete
  2. Ceritanya berkesan banget karena penuh dengan kisah perjuangan. Saya nggak bisa membayangkan karena saya nggak pernah tinggal di lingkungan yang jalannya tidak beraspal. Pasti sedih banget kalau susah pergi ke mana-mana karena masalah perhubungan ini.

    ReplyDelete
  3. Bisa dibilang Mbak sekeluarga adalah pionir orang-orang yang duluan tinggal di perumahan itu, sehingga bisa menyaksikan pertumbuhan dari kehidupan di sekelilingnya. Alhamdulillah sekarang keadaan lebih baik kedepannya Semoga menjadi lebih maju lagi dan lebih betah banyak berkahnya

    ReplyDelete
  4. Perjuangannya begitu hebat banget dan sekarang udah rame banget ya Mbak. Nggak mudah loh untuk bertahan sejauh ini aku bacanya juga jadi ikutan bahagia.

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah sudah banyak perubahan ya. Hidup jadi lebih mudah, nggak sesusah 6 tahun yang lalu..

    ReplyDelete
  6. dulu waktu masih tinggal di Sorong, Papua Barat Daya, saya merasakan area rumah mulai dari jalan setapak di rawa-rawa, jalan tanah yang diperlebar hingga jalan aspal yang memadai.

    lingkungan rumah pun dari yang tadinya tetangga hanya segelintir, sekarang sudah ada beberapa hotel yang berdiri karena ada bandara yang dibangun sekilo dari rumah. Perubahan itu kadang baik, namun kadang juga meresahkan. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.

    ReplyDelete
  7. Udah makin ramai ya, Mbak. Tapi cukup cepet itu lho termasuknya. Karena kalau bukan perumahan jalan bisa rusak parah pun dibiarin aja. Wkwkwkwk

    Terus itu udah ada bengkel segala, wah, 4 thn lagi bisa aja nih ada minimarket.

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah yaa, kak Antung.
    Semakin lamaaa.. semakin bertumbuh dan aku yakin akan terus berkembang ke arah yang lebih baik. Someday, misalnya ka Antung beli rumah di kota dan rumah yang saat ini dijadikan investasi properti, jadi lebih mahaal harganya.

    Memang investasi terbaik itu rumah yaa..
    Barakallahu fiikum.

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah sekarang sudah jauh lebih baik dan jauh berkembang sehingga dimudahkan dalam banyak hal yaa..

    ReplyDelete
  10. bener mbaaa investasi di perumahan pinggiran memang biasanya gak salah kok hehe..aku sendiri juga gitu..waktu beli perumahan masih banyak sawah minim sarana publik..sekarang sudah ramai sekalii,,banyak warung makan deket exit toll pulakk jadi gampang klo mo pergi jauh langsung masuk toll hehe

    ReplyDelete
  11. Masyaallah, hal kaya gini seru untuk di kenang ya, nanti postingan lama ini akan jadi pengingat bagaimana dulu awalnya disana.

    ReplyDelete
  12. Biasanya ketika awal mulai perumahan dibangun, masih sepi dan jarang ada toko. Namun setelah beberapa tahun ketika penghuni komplek sudah mulai banyak, pastinya banyak perubahan di lingkungan rumah tersebut

    ReplyDelete