Manajemen ASIP Setelah Bekerja



Pagi itu, seperti biasa saya memulai aktivitas pumping di kantor. Sebuah tas khusus ASIP sudah siap di samping saya. Saya pun mulai mengeluarkan alat tempur pumping saya, merangkainya dan mulai menyalakannya. Baru beberapa detik saya langsung sadar ada yang salah. Pompanya tidak menghisap sama sekali. Segera saya matikan pompa. Saya cek setiap bagian pompa dari silikon hingga bagian dalamnya.

"Duh, kemana valve-nya?" rutuk saya setelah membuka bagian atas pompa. Ternyata valve yang biasanya menempel pada bagian leher . Segera saya membereskan kembali peralatan pompa. Tak ada pilihan lain. Saya harus pulang ke rumah untuk mengambil valve yang ketinggalan tersebut. Untungnya jarak antara kantor dan rumah tak terlalu jauh. Dalam setengah jam saya sudah kembali ke kantor dan bisa memulai aktivitas pumping yang tertunda.

Kejadian seperti di atas sebenarnya tak hanya sekali ini terjadi. Beberapa kali saya mendapati tutup botol yang tertinggal, salah bawa kepala pompa, hingga lupa men-charge mesin pompa. Semuanya terlihat sepele namun kadang sukses mengganggu mood saya untuk pumping. Padahal ya aturan dasarnya ibu menyusui itu sebaiknya tidak boleh stress karena akan berpengaruh pada produksi ASI. Dan memang karena hal-hal kecil seperti di atas kadang membuat hasil pumping saya tidak sesuai dengan target yang ingin saya capai.


Setelah kembali bekerja sekitar 4 bulan lalu, saya resmi menyandang gelar Mama Perah di kantor. Sebuah ruangan kecil yang juga berfungsi sebagai musala menjadi tempat bersarang saya setiap pagi dan sore di kantor. Biasanya saya memulai aktivitas pumping ini antara pukul 09.00-10.00 untuk pagi hari dan pukul 16.00 untuk sore hari. Pumping sendiri biasanya menghabiskan waktu 30-40 menit dan menghasilkan sekitar 150-180 ml ASIP. Kalau dijumlahkan dalam sehari di kantor saya biasanya berhasil mengumpulkan sekitar 350 ml ASIP. Lalu apakah jumlah itu cukup untuk memenuhi kebutuhan ASI anak saya?

Hingga usianya 6 bulan, sehari-harinya anak saya menghabiskan 6 botol ASIP yang isinya sekitar 80-90 ml per botolnya. Biasanya saya siang tetap pulang untuk menyusuinya atau kadang cuma bermain-main kalau dia sudah kenyang. Dengan kegiatan pumping yang hanya 2x di siang hari mau tak mau saya harus menambah jadwal pumping saya di malam hari. Biasanya sih saya menambah kekurangan ASIP ini di tengah malam atau dini hari.

Tentang manajemen ASIP ini sendiri, saya tentunya googling-googling dulu sebelum kembali ke kantor. Alhamdulillah ada cukup banyak artikel yang membahas tentang manajemen ASIP bagi ibu bekerja. Saya pun mulai mempraktikkan tips-tips yang didapat dari berbagai artikel tersebut dan alhamdulillah hingga usianya 7 bulan stok ASIP untuk anak saya masih dalam kategori cukup. Semoga aja sih kelancaran produksi ASIP ini bisa bertahan hinggau usia anak saya 2 tahun nanti. Heu.

Berikut adalah beberapa tips yang bisa saya bagikan untuk manajemen ASIP bagi ibu bekerja.

Siapkan stok ASIP minimum

Kebutuhan stok ASIP setiap ibu bekerja berbeda-beda. Berbeda-beda di sini maksudnya jika si ibu adalah seorang karyawan yang cukup sering dapat dinas luar kota tentunya memerlukan stok ASIP yang lebih banyak dengan ibu bekerja yang tidak kemana-mana alias di kantor saja. Saya pribadi saat akan kembali bekerja berhasil mengumpulkan stok ASIP sebanyak 50 botol atau kira-kira untuk stok 1 minggu. Jumlah ini kalau bagi saya merupakan stok yang harus tetap ada selama saya menyusui. Dengan adanya stok minimum ini saya akan merasa tenang dan yakin kalau ASIP saya aman. Di lain pihak, jika jumlahnya berkurang saya akan termotivasi untuk lebih sering pumping.

Pasang target harian

Target harian adalah jumlah ASIP minimal yang kita dapatkan selama satu hari. Biasanya sih ini dihitung dari berapa biasanya bayi mengkonsumi ASIP setiap harinya. Setahu saya, bayi rata-rata menghabiskan 600-700 ml ASI per harinya. Nah itu berarti dalam sehari kita harus bisa menghasilkan ASIP sebanyak itu. Idealnya sih ibu bekerja pumping 2-3 jam sekali agar mendapat hasil maksimal. Tapi kayaknya nggak mungkin kan ya kita menghilang 2 jam sekali di kantor buat urusan perah-memerah ini. Bisa-bisa pekerjaan nggak ada yang selesai. Jadi tinggal pintar-pintar ibu deh bagaimana mengatur jadwal pumping-nya agar bisa mencapai target hariannya.

Jangan malas pumping di hari libur

Kalau mau jujur, aktivitas pumping ini sebenarnya membosankan. Saya sendiri kadang pumping sambil megang ponsel biar nggak bosan-bosan amat. Apalagi kalau hari libur. Beuh, pengennya libur pumping juga. Padahal pumping di hari libur bisa membantu menambah stok ASIP atau menambal kekurangan ASIP yang mungkin terjadi di hari-hari sebelumnya. Karena itulah saya biasanya tetap memaksakan diri pumping di hari libur meski cuma 1 kali sehari.

Syukuri berapapun yang didapat, tetap optimis, dan hindari stress

Kadang ada masanya produksi ASIP menurun. Entah itu karena pengaruh stress ataupun. Rasa sedih pasti ada saat melihat hasil pompa yang tak sesuai harapan ini. Namun bagi saya, berapapun yang didapat harus disyukuri sambil berdoa semoga besok produksi ASIP nya bisa lebih banyak. Selain bersyukur dan optimis hal yang juga penting bagi ibu menyusui adalah menghindari stress dan selalu bahagia. Seperti yang kita tahu salah satu hormon yang berperan dalam produksi ASI adalah hormon oksitosin yang sangat dipengaruhi kondisi psikis ibu. Jadi, kalau ibu bahagia, insya Allah produksi ASIP akan tetap lancar. Tapi hal ini tentunya tetap dibarengi dengan rajin pumping. Hehe.

Nah itu dia sedikit sharing saya tentang manajemen ASIP untuk ibu bekerja. Semoga bermanfaat :)

20 Comments

  1. Hebatttt mba antung… Kece, wonder woman badai.. Hihihi.. Selalu salut sama ibu bekerja yang masih bisa semangat untuk menyusui..

    ReplyDelete
  2. baca ini jadi ingat zaman kerja dan harus tetap ASI, seru banget................

    ReplyDelete
  3. Aku jadi ingat dulu pertiga jam pumping di kampus sama di tempat kerja. Memang harus selalu happy ya ^^
    Aku pernah notice, dulu pashabis lulus ujian tugas akhir ASI langsung tumpeh2 saking happy nya mba hihi

    ReplyDelete
  4. Walaupun neh ya walaupun :D masih abegeh. Wkwkwk ini bisa banget jadi pembelajaran buat nanti. Hehe bisa di keep. *.*

    ReplyDelete
  5. wah-wah keren banget mbak.. bekerja tapi tidak melupakan tugas ibu rumah tangga.. salut deh

    ReplyDelete
  6. Pejuang ASI selalu memikat hati semangat ta mbaa

    ReplyDelete
  7. Bener juga tuh, biasanya kalo hari libur bawaan nya mager, jd lalai pumping. Pdhl kan harus kontinyu. Keep fight para pejuang asi

    ReplyDelete
  8. seru karena tetap harus semangat, ya, mbak :)

    ReplyDelete
  9. Artikel ini jadi edukasi dini buat ulun. *Ada unsur baper nggak jelas yang terdeteksi. Hehee Abaikan kalimat kedua, Mbak.

    ReplyDelete
  10. semoga bermanfaat ya :)

    ReplyDelete
  11. Saluuuut buat ibu bekerja kantoran yang masih kuat berkomitmen ngasih ASI buat debay. Saya dulu milih resign dari kantor (ketika anak pertama) dan melepas tawaran kerja kantoran full time (ketika anak kedua).

    ReplyDelete
  12. Ya ampun, ulun baru ngeh ASIP itu apa setelah udah hampir membaca setengah artikel :”) maklum ulun belum buibu hihi. Keren banget mba karir tetap jalan dan buah hati tetap bias mendapat perhatian ekstra.

    ReplyDelete
  13. hehe ASIP itu ASI Perah. Semoga bermanfaat ya :)

    ReplyDelete
  14. jaman dulu kayaknya masih agak susah ya, mbak buat tetap ngasih ASI bagi ibu bekerja

    ReplyDelete
  15. kakak aku pun sama kaya mba, ASIP. . . ibu-ibu hebat :)

    ReplyDelete
  16. wah, salam tos buat kakaknya, ya, mbak :)

    ReplyDelete
  17. Buat ibu bekerja memang masa kembali bekerja menjadi saat krusial dalam pemberian asip untuk anak. Apalagi saya dulu masih suka dinas luar kota dan luar negeri, memang butuh perjuangan ekstra.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mbak. Paling galau kalau dapat tugas dinas pas masih masa menyusui. Saya kemarin untung cuma sekali dapat dinasnya

      Delete
  18. Salut bgd aku mbk, sm mama bekerja yg ttp ngasih ASI....
    Top dah ah

    ReplyDelete
Previous Post Next Post